Minggu, 16 November 2014
Perlu Tahun PNF ?
Pendidikan Non Formal
Oleh :
H.M.Norsanie Darlan
Memperhatikan masalah sosial dan kemasyarakatan dari Universitas Palangka Raya (Unpar) Kalimantan Tengah Prof Dr H.M Norsanie Darlan meminta, pemerintah agar meningkatkan perhatian terhadap pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah.
Prof Dr H.M Norsanie Darlan mengungkapkan harapan itu saat berbincang dengan ANTARA Kalimantan Selatan, di Banjarmasin, Sabtu, berkaitan masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan non formal selama ini.
Padahal, menurut pengajar pascasarjana pendidikan luar sekolah (PLS) pada perguruan tinggi negeri tertua di "Bumi Isen Mulang" Kalteng itu, peran pendidikan non formal juga cukup besar terhadap upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai contoh dalam penuntasan penyandang buta aksara, serta berbagai kursus, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan keahlian, keterampilan dan kecakapan seseorang.
"Karenanya seiring perkembangan dan kemajuan zaman, keberadaan pendidikan non formal telah dikenal dalam peradaban manusia jauh sebelum adanya pendidikan formal dan sistem persekolahan," ujar Prof Dr HM Norsanie Darlan yang meniti karir mulai dari pegawai rendahan (pesuruh) itu.
Namun pembinaan pendidikan nasional selama ini masih didominasi oleh pendidikan formal. Pembinaan pendidikan non formal dilakukan oleh pemerintah hanya melalui berbagai pendekatan proyek yang bersifat sementara dan kadangkala tidak berkelanjutan.
Jumat, 26 September 2014
MEMPERINGATI HARI AKSARAN INTERNASIONAL (HAI) 2014
MELIRIK
HARI AKSARAN INTERNASIONAL (HAI) TINGKATKAN SDM YANG UNGGUL DAN BERKARAKTER
Oleh :
Prof. Dr.H.M.Norsanie Darlan, MS PH
Guru Besar S-1 dan S-2 PNF/PLS
Universitas Palangka Raya
Dipaparkan pada Seminar Hari Aksara Internasinal 2014
Tanggal 15 September 2014 di kota Kuala Kapuas
Pendahuluan
Hari Aksara Internasional adalah
sebuah peristiwa dunia, dalam bidang pendidikan. Tidak ada dari suatu negara
yang bercita-cita bahwa warga negaranya agar
terbelenggu sebagai akibat masyarakatnya masih dalam situasi budaya yang non
literasi. Kemelek hurufan yang tinggi di suatu negara mencerminkan rendahnya keberhasilan
tingkat pendidikan. Padahal di semua negara di dunia bercita-cita rakyatnya
agar tidak satupun penduduk di negerinya yang buta huruf. Namun karena
keterbatasan, membuat pengambil kebijakan jadi tidak berkutik. Oleh sebab itu,
ada berbagai cara pihak pemerintah untuk mengatasinya. Agar negerinya terbebas dari
bencana itu, karena rendahnya budaya membaca ini, berarti rendah pula tingkat
pendidikan.
Kita berharap negeri kita yang
luas wilayahnya hampir sama dengan benua erofa ini, menjadi negara yang mampu
menunjukkan bahwa warga negaranya terbebas dari ketunaan. Sejauh tidak
dimanipulasi data, maka itulah sebuah tanda-tanda keberhasilan pembangunan di bidang
pendidikan.
Dari hasil penelitian yang
disponsori oleh proyek UNESCO, nampak jelas bagi negara yang penduduknya sangat
tinggi angka tuna aksara, maka negeri itu dianggap memiliki starata yang rendah
pula. Sementara sebaliknya negara-negara yang maju, pasti tingkat buta hurufnya
hampir dikatakan habis.
Dalam buku kecil yang dipaparkan
sekarang ini, sedikitnya ada beberapa hal yang penulis anggap adanya kerelevansian
dengan bahasan kita, adalah: hari aksara, membangunan peradaban, keunggulan, berkelanjutan,
meningkatkan SDM, SDM yang unggul dan berkarakter. Untuk lebih jelasnya
sejumlah hal di atas, secara rinci akan diuraikan berikut ini.
Hari Aksara
Bila kita melirik terhadap apa makna dari Hari Aksara Internasional (HAI) seperti yang dimeriahkan saat ini, betapa besarnya perhatian pemerintah terhadap warga negeri ini agar kita semua dapat mengajak semua warga negara agar tidak terbelenggu dalam sebuah ketertinnggalan. Karena kita hidup dalam era reformasi dewasa ini, tentu aneh kalau masih ada segelintir penduduk kita, yang karena sesuatu hal. Mereka ini, tidak sempat menikmati alam kemerdekaan dalam dunia pendidikan.
Sejenak melirik
secara retrospektif ke belakang sejak 8 September 1964, UNESCO menetapkan 8
September sebagai Hari Aksara Internasional (HAI). Penetapan tersebut dilakukan untuk
mengingatkan dunia tentang pentingnya budaya literasi. Sebagai upaya
keberaksaraan, UNESCO mencanangkan United
Nations Literacy Decade (UNLD) atau Dekade Keaksaraan. Menurut Kak Ichsan,
(2012) bahwa:’…Dekade ini ditujukan
untuk meningkatkan tingkat melek aksara dan memberdayakan seluruh masyarakat. Pada
awal UNLD, tahun 2003, ada 15,41 juta orang buta aksara di Indonesia. Pada
tahun 2010, jumlah itu menyusut menjadi 7,54 juta orang. Artinya, Indonesia
lebih cepat melampaui target Millenium
Development Goals (MDGs) yang menyepakati penurunan 50 persen buta aksara
pada tahun 2015...’.
Arti Literasi adalah informasi kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk
informasi, untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara
efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi.
Budaya Membaca
Merupakan Pendidikan
Sepamnjang Hayat
Menurut
American Library Association (ALA), literasi informasi merupakan serangkaian
kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan
dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang
dibutuhkan secara efektif.
Kalau kita menengok
Tema Hari Aksara Internasional tahun 2012 lalu, untuk kegiatan di tingkat pusat
adalah "Aksara Membangun Perdamaian dan Karakter Bangsa", sedangkan
untuk kegiatan di daerah adalah "Melalui Peringatan Hari Aksara
Internasional Ke-47, Kita Tingkatkan Nilai Ke-Indonesiaan yang Berbudaya Damai
dan Berkarakter". Sedangkan tema panitia daerah tahun ini yang disampaikan
kepada saya adalah:
Tema: AKSARA MEMBANGUN PERADABAN DAN KEUNGGULAN
BERKELANJUTAN
Sub tema: PERINGATAN HAI KITA TINGKATKAN SDM YANG UNGGUL
DAN BERKARAKTER
Membangunan
peradaban
Bila kita ingin memperhatikan
apa maksud dari Membangun Peradaban Indonesia maka banyak sumber
yang perlu kita perhatikan tapi juga, dari hasil: *Review buku "Renungan
Bacharuddin Jusuf Habibie. Membangun Peradaban Indonesia. Setelah 10 Dasawarsa
Kebangkitan Nasional, 10 Windu Sumpah Pemuda dan 10 Tahun Reformasi" karya
Firdaus Syam (2012) lalu*
Habibie Membangun Peradaban Bangsa
"Sebuah peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi
dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk-makhluk
lainnya. Peradaban-peradaban tidak memiliki wilayah-wilayah,
permulaan-permulaan dan akhir yang jelas. Peradaban itu menjadi entitas-entitas
yang penuh arti, dan kadang terdapat batas-batas yang tajam dan nyata antara
masing-masing peradaban." (Huntington).
B.J. Habibie (2012) menyebutkan bahwa:"…Abad ke 21
adalah abad ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berarti abad sumber daya manusia.
Hanya bangsa-bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang relatif berkualitas,
dan menguasai Iptek yang akan bertahan hidup…".
Menurut B.J. Habibie (2012) yaitu:"…Apa yang dimaksud
Peradaban Indonesia, tidak
lain adalah "Peradaban manusia yang hidup di atas bumi Indonesia.
Mereka hidup secara damai, tentram dan sejantera…".
Bila kita memperhatikan tentang kebudayaan dan peradaban,
maka Huntington (2012) adalah:"…Suatu
peradaban adalah bentuk yang lebih luas dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan tema
umum dalam kaitan dengan setiap rumusan peradaban. Utamanya, melalui dua agaman
besar, Islam dan Kristen yang mempu menaungi kelompok-kelompok masyarakat yang
berasal dari pelbagai suku bangsa…".
Tokoh Antropologi negeri ini Koentjaraningrat, (2012) menulis
bahwa: "…Kebudayaan nasional sebagai keseluruhan kolektif dari semua warga
negara Indonesia yang
bhineka, yang beraneka warna itulah yang merupakan kebudayaan nasional Indonesia dalam
fungsinya untuk saling berkominikasi dan memperkuat solidaritas bangsa…".
Soenarto, (2011) adalah:"…Kerendahan hati elit politik,
seniman dan intelektual untuk bersedia mengenal, memahami, menghayati dan
menyatukan diri dengan kehidupan, akan sangat membantu proses pembangunan
kebudayaan nasional...".
Mantan Presiden
RI ke 3 BJ. Habibie (2012)
menyebutkan:”… Kebhinekaan bangsa Indonesia bila masyarakatnya mau
dan mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, pada dasarnya akan
menuju mengembangkan suatu peradaban yang berkualitas tinggi yang memberikan
ketentraman dalam kehidupan. Jika seorang mengatakan ada budaya Indonesia maka jawabnya adalah tidak ada dan
tidak akan ada budaya Indonesia.
Yang ada adalah budaya yang hidup di dalam bumi Indonesia
yang dinamakan Benua Maritim Indonesia…"
Sayidiman, (2011) adalah:"…Karena kebudayaan Indonesia
yang dilandasi kebudayaan daerah berbeda dari kebudayaan Barat, kebudayaan
Cina, dan kebudayaan manapun, di samping ada beberapa persamaannya, maka bangsa
Indonesia berhak untuk membangun peradaban Indonesia, tanpa harus menjadi
bagian dari peradaban lain di dunia. Peradaban Indonesia itu Peradaban Pancasila…".
Sayidiman, (2011)"Kebudayaan tidak hanya memerlukan
kehidupan lahiriah yang maju dan menonjol, melainkan juga perlu ada kehidupan
rohaniah yang mantap dan merata. Kehidupan beragama dilakukan oleh
penduduk dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Persatuan terpelihara dengan baik
tanpa mengurangi hak dan kemampuan setiap unsur bangsa mengembangkan dirinya
secara lahiriah dan batiniah...".
B.J. Habibie (2012) adalah:"...Tiga
tiang peradaban yang diperlukan dan dikembangkan untuk Membangun Peradaban
Indonesia yang maju, sejahtera, mandiri dan kuat itu adalah: Manusia-manusia
Indonesia yang memiliki keunggulan yaitu: 'HO2', 'Hati' (Iman dan Takwa).
'Otak' (Ilmu Pengetahuan) dan 'Otot' (Teknologi)...”.
Penulis yang sama mengemukakan
bahwa:"...Globalisasi dalam arti yang negatif adalah bila yang terjadi,
bukan heterogenisasi, melainkan homogenisasi budaya dan gaya hidup dengan
menempatkan nilai-nilai universal menjadi tereduksi oleh suatu kepentingan
kekuatan dunia yang memang ingin memaksakan kehendak...".
Chairul Irfani (2012) adalah:"...Indonesia harus meningkatkan
peradaban yang sejahtera, damai, dan tentram dibangun sumber daya manusia yang
terampil memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudaya dan bermoral
yang berakar dari agama apa saja!....".
Keunggulan
Untuk mewujudkan suatu keunggulan, tidak terlepas dari kualitas SDM Merupakan Faktor Kunci Keunggulan Strategis Pertahanan Negara, yang didahului oleh pendidikan.
Perkembangan lingkungan strategik di abad 21 dengan segala kompleksitasnya menuntut setiap negara untuk memiliki berbagai keunggulan strategis. Dalam pertahanan negara keunggulan ini ditentukan oleh banyak faktor antara lain keunggulan pada faktor manusia, alutsista dan teknologi, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor kunci bagi faktor-faktor lainnya karena kualitas SDM mempengaruhi bagaimana elemen-eleman lainnya diadakan, dibina dan didayagunakan.
Universitas Pertahanan (UNHAN) sejak
awal dirancang untuk menjadi salah satu pilar utama yaitu pilar pendidikan yang
berjalan seiring dan saling melengkapi dengan dua pilar lainnya yaitu pilar
pelatihan dan penugasan dalam rangka mencetak SDM pertahanan yang lebih
berkualitas. Demikian dikatakan Menhan dalam sambutannya yang dibacakan Sekjen
Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip., M.A, (2011) dalam Wisuda Pasca
Sarjana Program Studi Strategi Perang Semesta (SPS), Sekolah Pasca Sarjana
Strategi (SPSS) Pertahanan UNHAN Tahun Akademik di Kemhan Jakarta.
Lebih lanjut Menhan mengatakan bahwa
tiga pilar utama penyiapan SDM pertahanan negara tersebut sudah lama
diselenggarakan oleh Kemhan dan TNI namun pemerintah menilai dan berkomitmen
bahwa pilar pendidikan harus mendapat perhatian yang lebih serius guna mencetak
personel yang profesional dalam upaya pencapaian cita-cita yakni membangun
keunggulan strategis pertahanan negara.
Terdapat tiga keunikan yang dimiliki
UNHAN dan merupakan potensi besar untuk didayagunakan dalam membangun
keunggulan strategis pertahanan negara yaitu: pertama, UNHAN merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang
memfokuskan program pendidikannya pada bidang pertahanan.
Kedua, UNHAN dirancang sebagai bagian
penting dari institusi pertahanan guna memperkuat citra dan posisi Indonesia dalam
kerjasama internasional di bidang pertahanan khususnya di kawasan Asia Tengara.
Dan yang
ketiga, UNHAN akan terus menerapkan
standar internasional bagi proses pendidikan dan kualitas lulusannya dilihat
dari sisi kelembagaan maupun sisi penyelenggaraan pendidikan. Disamping itu
UNHAN juga memiliki arti penting dalam membangun keunggulan strategis SDM
pertahanan negara.
Konsep Menhan berharap dengan bekal
ilmu yang diperoleh para lulusan UNHAN baik sipil maupun militer yang berasal
dari institusi pemerintah maupun swasta dapat memberikan kontribusi yang baik.
Tidak hanya berkontribusi dalam melahirkan kebijakan-kebijakan pertahanan
negara yang unggul saja tetapi juga pada tataran implementasi sesuai level atau
pangkat, jabatan ataupun lingkup penugasan dari tiap lulusan yang diharapkan
mampu menginspirasi dan menjadi agen-agen perubahan di semua lini pemangku
kepentingan.
Selain itu Menhan berharap kepada
para wisudawan untuk dapat membuktikan di tempat tugas masing-masing bahwa
lulusan UNHAN memiliki kualitas internasional yang dapat memberikan kontribusi
penting bagi pembangunan pertahanan negara serta menjadi motor dalam mewujudkan
keunggulan strategis SDM pertahanan dalam bela negara.
Dalam peningkatan sumber daya
manusia (SDM) yang sangat ditekankan adalah majunya dunia pendidikan. Karena dengan
majunya pendidikan tidak, tidak akan dapat didekte olah bangsa lain. Dengan
majunya pendidikan, yang memberikan memberikan masa kejayaan bangsa. Bangsa
yang maju dalam dunia pendidikan mereka tidak akan mudah diperdaya oleh bangsa
lain. Peningkatan SDM tidak terlepas juga dengan ketersediaan anggaran
pendidikan itu sendiri.
Bagaimana untuk
putra-putri Daerah?
Dalam berbagai
upaya untuk meningkatkan SDM di Kalimantan Tengah, kita tidak boleh lupa dengan
konsep pembangunan daerah kita yang diberi nama: Kalimantan Tengah HARATI
adalah sebuah konsep baru dalam upaya percepatan pencapaian tujuan dan misi
pembangunan pendidikan di Kalimantan Tengah sebagaimana diamanahkan dalam UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab Il Psl 3 mengenai
Tujuan Pendidikan Nasional. Konsep Kalimantan Tengah HARATI dicanangkan oleh
Gubernur Kalimantan Tengah pada tanggal 3 Mei 2010 dengan mengedepankan 5
prioritas, yaitu :
- Kesejahteraan Guru;
- Pendidikan dan Pelatihan Guru;
- Beasiswa untuk siswa berprestasi;
- Penyediaan dan pendistribusian buku-buku pelajaran;
- Meningkatkan kualitas mutu belajar mengajar.
Kesempatan
belajar tak punya
Ruang
yang cukup. Di atas atappun bisa
Kalimantan Tengah yang secara
realita telah menjalani konsep upaya peningkatan kualitas SDM kita. Namun
kegiatan kali ini telah mendapatkan anggaran khusus. Sementara konsep lama
lebih memusatkan pada anggaran pribadi. Diharapkan dengan adanya konsep Kalteng
Harati ini, kualitas sumber daya manusia jauh lebih baik dari masa lampau.
Konsep pembangunan pendidikan
tidak akan selesai dengan mulus kalau hanya pada jalur pendidikan formal.
Karena tidak semua warga negara kita sempat mendapatkan layanan pendidikan
formal. Oleh sebab itu pendidikan nonformal juga perlu diberikan kesempatan.
Karena kita sadari semua bahwa bagaimana bagi mereka yang karena sesuatu dan
lain hal, tidak sempat menerima pendidikan formal. Padahal mereka adalah seperti
dalam pasal 31 UUD’45 setiap warga negara mendapatkan pendidikan.
Anak Desa Pasir Sebangau
Bangunan Sekolah
sudah ada, tapi tak
punya guru
Pada tanggal 5 september 2014 ini, sambil mengonsep materi makalah
ini, penulis mencoba turun ke sebagau Kuala. Ada sejumlah sekolah dasar di
sana. Tapi di Kabupaten Pulang Pisau ini, masih ada lagi warga kita yang belum
mendapatkan pelayanan pendidikan. Walau usia mereka sudah antara 7-13 tahun.
Masyarakat saking inginnya anak
mereka mendapatkan layanan pendidikan, mereka membangun sekolah 3 kelas lengkap
dengan bangku murid, meja guru. Tapi karena belum ada guru, maka anak-anak
warga kita ini, yang sangat memerlukan layanan pendidikan, masih tertinggal
dalam dunia pendidikannya.
Ke 26 warga kita yang
membutuhkan layanan pendidikan itu
terdiri dari 3 anak desa masing-masing memiliki anak usia sekolah yaitu: Anak
desa Pasir 9 orang, Teluk Bayur 8 orang dan Sudimampir 7 orang. Mereka ini
tanpa layanan pendidikan yang layak, bagaimana masa depan mereka. Penulis tidak
menutup kemungkinan pada anak desa yang lain sedangkan guru yang untuk smentara
siap membantu warga kita yang tak terlayani dalam dunia pendidikan itu, minimal
ada 4 orang, masing-masing kepala SDN Panduran Sebangau 5 Syahruji, S.Pd dan
dibantu 3 orang guru lainnya, masing-masing: Sumarno, S.Pd, Siti Asih Budimah,
S.Pi dan Hertine, S.Pd. namun sangat disayangkan lokasi mereka ini sangat jauh
dan hanya dapat dikunjungi dengan jalan sungai yang menelan biaya cukup mahal.
Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Tb Mh Idris Kartawijaya (2008). Adalah:”...Pembangunan adalah sebuah proses produksi dan konsumsi dimana materi dan energi diolah dengan menggunakan faktor produksi, seperti modal, mesin mesin (capital), tenaga kerja (labor dan human resources), dan bahan baku (natural resources)...”.
Tbidris, (2008). Dalam hal penyediaan bahan baku dan proses
produksi kegiatan pembangunan dapat membawa dampak kepada lingkungan alam dan
masyarakat sekitarnya, yang pada gilirannya akan berdampak kepada keberlanjutan
pembangunan. Dalam memperhatikan keberlanjutan pembangunan yang tidak hanya
memperhatikan kepentingan saat ini tapi juga memperhatikan kepentingan masa
mendatang, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan.
Materi Belajar
masih terbatas
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa mendatang.
Didalamnya terdapat dua gagasan penting :
- Gagasan kebutuhan, yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia
- Gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.
Tujuan yang harus dicapai untuk keberlanjutan pembangunan
adalah : keberlanjutan ekologis, keberlanjutan ekonomi, keberlajutan sosial
budaya dan politik, keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Sedangkan
pembangunan keberlanjutan mempunyai prinsip prinsip dasar dan prinsip dasar
tersebut dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan dapat diringkas menjadi 4
(empat), yaitu: pemerataan, partisipasi, keanekaragaman (diversity), integrasi
dan perspektif jangka panjang.
Kata “berkelanjutan” (sustainable) memiliki implikasi dalam
suatu rentang waktu, dan pemanfaatan sumberdaya dapat dianggap berkelanjutan
untuk rentang waktu tertentu, biasanya 10 hingga 20 tahun. Namun demikian,
rentang waktu ini sering pula dianggap tidak cukup mewakili istilah
“berkelanjutan” (Conrad, 1999). Bila istilah “berkelanjutan” berarti “dapat
dipertahankan secara ad infinitum”, pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat
primitif sekalipun – yang berburu dan mengumpulkan (hunting-gathering) – tidak
dapat dikategorikan berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan konsep pembangunan
(development) yang tidak mungkin dilakukan tanpa konsumsi. Sehingga dalam
kenyataannya, pembangunan berkelanjutan seringkali memiliki kontradiksi dalam
pelaksanaannya.
Arti berkelanjutan secara ekstrim dapat dikatakan sebagai
keseimbangan statis, dimana dalam keseimbangan tersebut tidak terdapat
perubahan, meskipun tentu saja terdapat perubahan dalam lokasi dari waktu ke
waktu (Boulding 1991. Pezzey 1992). Berkelanjutan dapat pula berarti
keseimbangan yang dinamis (Clark, 1989) yang
memiliki dua arti yaitu: pertama, keseimbangan sistem yang mengalami perubahan,
dimana parameter perubahan dalam keseimbangan tersebut bersifat konstan; yang
kedua adalah keseimbangan suatu sistem yang setiap parameternya mengalami
perubahan, sehingga setiap perubahan misalnya dalam populasi akan memicu
restorasi nilai populasi awal tersebut.
Pembangunan berkelanjutan memastikan bahwa generasi yang
akan dating memiliki kesempatan ekonomi yang sama dalam mencapai
kesejahteraannya, sepertihalnya generasi sekarang. Untuk dapat melaksanakan
pembangunan berkelanjutan diperlukan cara mengelola dan memperbaiki portofolio
asset ekonomi, sehingga nilai agregatnya tidak berkurang dengan berjalannya
waktu. Portofolio asset ekonomi tersebut adalah capital alami (Kn), capital
fisik (Kp) dan capital manusia (Kh), secara sistematis pembangunan
berkelanjutan dapat dijabarkan dalam gambar berikut:
Dalam paradigma ekonomi, pembangunan berkelanjutan dapat
diterjemahkan sebagai pemeliharaan kapital. Ada empat variasi kebijakan mengenai
pembangunan berkelanjutan :
- Kesinambungan yang sangat lemah (very weak sustainabillity) atau “Hartwick-Solow sustainability” yang hanya mensyaratkan kapital dasar total yang harus dipelihara. Kesinambungan ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa tingkat/ laju konsumsi berada di bawah Hicksian income, dimana Hicksian income ini didefinisikan sebagai tingkat konsumsi maksimum yang dapat membangun kondisi masyarakat yang lebih sejahtera di akhir periode pembangunan dibandingkan dengan kondisi awalnya. Diasumsikan natural capital dapat disubsitusi dengan kapital buatan manusia (man-made capital) tanpa batas. Dengan kata lain, deplesi sumberdaya alam tidak diperhitungkan dalam penilaian kegiatan ekonomi (Harnett, 1998)
- Kesinambungan yang lemah (weak sustainability), mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa modal alami yang penting (critical natural capital) harus dilestarikan. Misalnya : bila sumberdaya air dan keragaman spesies merupakan hal yang penting bagi stabilitas ekosistem, sumberdaya tersebut tidak dapat dikorbankan bagi alasan-alasan pertumbuhan ekonomi.
- Kesinambungan yang kuat (strong sustainability) mensyaratkan bahwa tidak ada substitusi bagi modal alami (natural capital), karena natural capital ini memperkuat kesejahteraan manusia dan degradasi natural capital tersebut dapat dikembalikan kondisinya ke kondisi awal. Kesinambungan yang kuat mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa agregrat kapital total harus dilestarikan.
- Kesinambungan yang sangat kuat (very strong sustainability) mensyaratkan bahwa kesinambungan sistem ekologi adalah esensi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan yang bergantung pada sumberdaya (resource-dependent “development”) diperbolehkan, namun demikian, pertumbuhan yang bergantung pada sumberdaya (resources-dependent “growth”) tidak dapat dibenarkan. Interpretasi ini mensyaratkan pemisahan setiap komponen dari natural capital. Pada kenyataannya, very strong sustainability lebih merupakan sistem daripada suatu konsep ekonomi.
Tokoh lain Tietenberg, (2000) Sumberdaya pulih dibedakan
dengan sumberdaya tak pulih berdasarkan pada kemampuan pemulihan alami yang
dimiliki sumberdaya ini yang lajunya tak dapat diabaikan. Di samping itu,
siklus pemulihan ini dapat kembali memperbesar jumlah sediaan yang berkurang
akibat pemanfaatannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, meskipun
terbatas, aliran pemanfaatan sumberdaya ini dapat dipertahankan secara terus
menerus. Volume dan kelanjutan aliran pemanfaatan beberapa siklus sumberdaya
alam yang pulih sangat tergantung pada manusia. Misalnya, penangkapan ikan yang
berlebihan akan mengurangi sediaan ikan secara alami yang lebih lanjut dapat
menurunkan laju peningkatan alami dari populasi ikan tersebut. Jenis sumberdaya
pulih yang lain, seperti energi surya, aliran pemanfaatannya tidak tergantung pada
manusia.
Pada pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada
kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan, terdapat 3 (tiga) pilar tujuan
(Daniel M, 2003), yaitu : pembangunan ekonomi yang berorientasi pada
pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Pada pilar kedua pembangunan sosial yang
bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan
masyarakat. Sedangkan pilar kedua pembangunan lingkungan yang berorientasi pada
perbaikan lingkungan lokal seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih
bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumberdaya alam. Di sisilain, hal-hal
sumber daya alam (SDA) ataukah sumber daya manusia (SDM) tidak akan memberikan
manfaat yang tinggi, kalau tidak dimiliki oleh manusia di sekitarnya.
Kita sama maklumi SDM yang baik
tidak akan terlepas dengan peran dunia pendidikan. Apakah pendidikan formal
ataukah pendidikan nonformal / PLS.Tanpa melalui pendidikan maka pembangunan
berkelanjutan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Meningkatkan
SDM
Teori
manajemen sumber daya manusia menurut para ahlinya M.T.E. Hariandja (2002) bahwa:”… of strategies
to manage people for optimum business performance including the development of
policies and process to support these strategies. (Strategi perancangan,
pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk
kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi). Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Manajemen
Sumber Daya Manusia yang sering ditinggalkan dalam penyusunan konsep masa depan…”.
Hubungan sosialisasi Dengan Kepribadian. tentang Komunikasi, Sosiologi, Filled
under, (2013) adalah:”…Setiap kelompok
memiliki aturan-aturan sendiri. Seseorang yang melanggar aturan dapat dikenai
sanksi.
Belajar
tidak terbatas di dalam kelas
Melalui peraturan, seseorang
mempelajari berbagai nilai dan norma yang harus dipatuhi untuk mencapai tujuan,
misalnya meningkatkan
disiplin diri dan meningkatkan
kerja sama dengan teman. Dalam
hubungan sosial di lingkungan kerja, setiap orang harus menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya. Media
Massa Media massa juga merupakan faktor
pendukungnya…
Pengaruh Globalisasi Terhadap Pendidikan
Menurut Filled
under (2013) yaitu:”…utama dalam
alokasi dana rehabilitasi dan pengadaan sarana prasarana sekolah serta dana
operasional sekolah. Temuan tersebut dipaparkan juga oleh Febri Hendri,
Peneliti Senior Indonesia Corruption Watch (ICW) saat menyoal Evaluasi Kinerja Departemen Pendidikan
Nasional Periode 2004 – 2009. Menurut Febri, selama kurun waktu 2004-2009,
sedikitnya terungkap 142 kasus korupsi di sektor pendidikan. Kerugian negara
mencapai Rp 243,3 milyar…”. Belum lagi pada kementrian yang lain. Ini tentu
merugikan dana pembangunan untuk membangun bangsa.
Artikel Globalisasi Pendidikan
Lebih jauh dalam sebuah artikel yang
ditulis Filled under (2013) bahwa…upaya m
menghadapi tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia,
karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara
masuk ke Indonesia.
Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik
akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih
produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan…”. Untuk anak bangsa
SDM yang unggul
Bila kita mencermasi bagaimana
sumber daya manusia yang unggul, maka alangkah baiknya kita memperhatian apa
itu Sumber daya manusia yang berkualitas adalah SDM yang komperhensip dalam
berfikir dan selalu mengantisipasi tuntutan di masa depan, memiliki sikap
positif, berperilaku terpuji, dan berwawasan, serta memiliki kemampuan,
keterampilan, dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan diberbagai bidang serta
sektor pembangunan.
Untuk mewujudkan
hal itu, perlu mengetahui sifat-sifat manusia yang berkualitas (unggul ) ialah
“DJITU” :
1. Dedikasi
Seseorang manusia yang unggul haruslah mempunyai rasa pengabdian terhadap tugas
dan pekerjaannya. Dia harus memiliki visi jauh kedepan. Seorang yang
berdedikasi ia adalah seorang yang disiplin karena terfokus kepada apa yang
ingin diwujudkan.
2. Jujur
Kejujuran memang penting tidak hanya jujur pada orang lain tapi jujur
pada diri sendiri. Terhadap orang lain seorang harus dapat bekerja sama, dan didalam
kerjasama itu harus dilandasi rasa saling percaya. Orang juga harus jujur pada
kemampuan dirinya sendiri, umpamanya saja jujur pada apa yang dapat diperbuat
dan apa yang tidak dapat diperbuat.
3. Inovatif
Seorang manusia disebut unggul
bukan lah manusia rutin yang puas dengan apa yang telah dicapainya, melainkan ia
adalah manusia yang unggul yang kreatif, yang selalu aktif mencari hal-hal yang
baru, dan inovatif.
4. Tekun
Manusia unggul ialah seorang
yang dapat memfokuskan perhatiannya kepada sesuatu yang dikerjakannya. Ketekunan akan menghasilkan sesuatu,
karena manusia unggul tidak akan berhenti sebelum dia membuahkan sesuatu.
5.
Ulet
Manusia unggul adalah manusia yang
tidak mudah putus asa. Dia kan
terus-menerus mencari dan mencari, dibantu sikap tekun, maka keuletan akan
membawa dia kepada sesuatu dedikasi pekerjaan yang baik dan bermutu.
Keberhasilan SDM dicapai melalui guru
ke 2
Dipihak lain yang perlu diperhatikan adalah untuk
itu, anda harus memiliki rencana pengembangan SDM yang berkelanjutan dengan
bertolak dari prinsip dasar yang harus ditumbuh kembangkan kedalam sikap dan
perilaku pada setiap peran SDM sebagai komitmen.
Bertolak dari
pemikiran di atas, maka prinsip dasar yang harus di sosialisasikan sebagai
suatu kebutuhan, apa yang kita sebut dengan prinsip-prinsip dasar yaitu :
1) Membangun
kebiasaan yang produktif, menjadi suatu komitmen yang tumbuh dan berkembang
atas kemauan sendiri atau berdikari.
2) Menumbuh
kembangkan kemampuan menemukan jati diri tanpa topeng kepalsuan, dengan
mendalami pemahaman manusia siapa, darimana dan kemana ?
3) Membangun kebiasaan bersikap dan berperilaku
dalam aktualisasi tindakan yang bertolak dari prinsip menghindari dari pada
mencegah.
4) Membangun kebiasaan memanfaatkan kekuatan
pikiran dalam prinsip hidup bahwa menjadi manusia disatu sisi melihat kebawah
dan disisi lain melihat keatas.
5) Membangun
kebiasaan menjalankan visi hidup yang jelas dalam memberikan arah persfektif
dalam peran.
Dengan menjalankan prinsip-prinsip
dasar yang dituangkan dalam usaha-usaha untuk membangun dan menumbuhkan SDM
unggul berarti secara langsung melaksanakan perubahan sikap dan perilaku
manusia itu sendiri yang sesuai dengan kebutuhan masa depan dalam dunia tanpa
batas.
Berkarakter
Pendidikan Karakter dan Pengertian Pendidikan
Berkarakter - Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar. Dalam
kaitannya dengan pendidikan karakter Indonesia sangat memerlukan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang besar pula dan harus bermutu untuk mendukung program
pembangunan. Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas peran pendidikan di
Indonesia sangat penting, sama pentingnya dengan Sistem Pendidikan Di
Indonesia.
Pendidikan karakter sejak usia dini
Apa sebetulnya arti
dan pengertian pendidikan karakter itu Lihat
topik Pengertian Pendidikan.
Pendidikan
karakter adalah sebuah sistem yang menamamkan nilai-nilai
karakter kepada anak usia sekolah yang dimana nilai-nilai tersebut memiliki
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME)
baca( Artikel Ilmu Pendidikan
Islam atau artikel pendidikan), diri
sendiri, sesama manusia, dengan lingkungan, maupun kepada bangsa sehingga akan
terwujud menjadi manusia insan kamil.
Di negeri ada program pendidikan
karakter terus digencarkan oleh Kementerian Pendidikan nasional. Pada bulan
Juni tahun 2011 paling tidak ada 650.000 guru serta kepala sekolah dijenjang
pendidikan tingkat SMP akan ditatar berkenaan dengan konsep pendidikan
karakter. Harapan kedepannya mereka akan faham dan mengerti bagimana cara
menerapkan pendidikan karakter kepada siswa yang di didiknya.
Bila kita memperdalam tentang
pendidikan karakter Prof Suyanto PhD (2011) "Kementerian Republik
Indonesia akan melatih sebanyak 650.000 guru dan kepala sekolah, pada bulan
Juni 2011. Tujuan pelaksanaan penataran terhadap guru dan kepala sekolah
tersebut agar ada kesamaan mengenai pendidikan karakter," Hal ini
dikatakan oleh Dirjen Pendidikan Dasar Kemendiknas, dalam seminar pendidikan
karakter di Universitas Muhamamdiyah Surakarta (UMS), Sabtu (28/5/2011).
Menurut Darlan (2011)
bahwa:”...Peran Pendidikan Karakter dari Guru, dan Sistem Belajar
Membelajarkan...”. Guru harus mengenali 3 Jalur Pendidikan, Upaya Meningkatkan
Mutu Pendidikan, Cita-Cita Bangsa, Life-long Education, Kegagalan Pendidikan
Formal, Konsep Pendidikan Luar Sekolah Ke Masa Depan, Kualifikasi Pendidik,
Promosi dan Sertifikasi, Dalam Menggulir Bola Panas, tentang Karakter Bangsa,
Karakter Bangsa yang diharapkan, Karakter bangsa yang ber-etika dan Pendidikan
Tidak Semata Tugas Guru. Dari berbagai sub permasalahan di atas akan diuraikan
secara sederhana satu demi satu agar dapat diterima oleh setiap orang.
Dipihak lain tentang pendidikan
karakter Mengenai apa itu karakter, Moeliono (1989; 389) dan Poerwadarminta
(1986) menyebutkan:"...sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain...".
Sedangkan menurut: Esau dan
Yakub (2010) dalam kamus umum bahasa Indonesia, adalah:"...karakter ialah
tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain...". Kemudian Leonardo A Sjiamsuri (2010) dalam
bukunya "'Kariama Versus Karakter" mengatakan bahwa karakter
adalah:"...merupakan siapa ands sesungguhnya...". Sedangkan karakter
dalam arti PLS, menurut Sutaryat (2010) bahwa:"...dalam menyusun kurikulum
bersifat fleksibelitas bagi pamong, tutor, instruktur dapat dilaksanakan dengan
musyawarah dengan WB dan dalam penggunaan metoda pembelajaran yang bersifat
partisipatif...". Hal ini menunjukkan kepada kegunaan dan keunggulan suatu
produk manusia. Dengan demikian karakter yang dimaksudkan adalah sikap yang
jujur, rendah hati, sabar, tutus ikhlas dan sopan dalam pergaulan. Artinya
tidak berkarakter atau tabiat yang keras. Sebagai tenaga guru yang dalam
jabatan fungsional, tentu harapan kita semua punya karakter yang santun, murah
hati, berwawasan luas dan bisa mengayomi kepada semua orang. Termasuk anak
didiknya.
Karakter Bangsa saat ini
Dewasa ini, sudah banyak yang
menyangsikan bahwa masa depan lebih cerah dan lebih baik. Namun sebaliknya
bangsa kita dalam kurun waktu relatif singkat berubah menjadi karakter yang
keras, mudah tersinggung, dan bisa dijual belikan oleh kelompok yang
berkepentingan.
Bila kita memperhatikan tentang perubahan
karakter dimaksud, seperti karakter keras dihampir setiap hari, kita
menyaksikan terjadinya perkelahian apakah adu mulut ataukan fisik, yang
ditayangkan media cetak maupun elektronik. Demo atau
tawuran di mans-mans tidak memandang manfaat atau modharat. Karakter masyarakat
yang mudah tersinggung, seperti apa pun pernyataan kepala negara, ternyata ada
yang menyanggah. Terlepas benar atau salah. Sehingga tidak terlihat lagi batas
formal antara pemimpin dengan rakyat jelata. Bupati, KPU, Pores, pengadilan,
Kejaksaan, perusahaan di demo oleh karyawanya dll. Tidak lepas dari sasaran
masa untuk menyampaikan kebebasan berpendapat. Terlepas betul ataukah salah.
Guru di demo oleh murid dan orang tua murid, lupa ia dan anaknya diberikan
didikan oleh sang guru. Untuk kepentingan tertentu sekelompok masyarakat mau
menerima bayaran untuk melakukan demo. Walau yang di demo itu adalah keluarga
atau kerabatnya sendiri. Pada suatu peristiwa kejaksaan di Batang Jawa Tengah
di demo oleh mereka yang tidak puas terhadap tuntutan hukum yang diusulkan oleh
Jaksa.
Hal-hal di atas adalah sebagian
dari sekian contoh karakter bangsa kita yang saat ini disebut demokrasi yang
kebablasan. Sehingga karakter bangsa kita dewasa ini, perlu
diperbaiki. Namun belum diketahui dari mana memulai perbaikannya. Kasus
karekter saat ini bagaikan benang kusut yang harus kita perbaiki melalui
pendidikan.
Karakter Bangsa yang diharapkan
Dari karakter bangsa yang saat
ini masih sulit dikendalikan, memang sebenarnya tidak terlintas dalam cita-cita
semua orang. Masyarakat Indonesia, sebenarnya berharap negeri yang aman tentram
yang luh jinawi, Negeri yang baldatul thaybatun warabbun gafur, adalah impian
semua rakyat bangsa Indonesia. Hanya saja reformasi negeri kita yang belum
tuntas ini, membuat bangsanya jadi beringas. Banyak upaya yang sudah dikerjakan
oleh berbagai pihak, namun belum juga terwujud.
Kita sebagai anak bangsa, mari
kita bersama-sama mencari pemecahan ini, agar situasi (karater) bangsa kita
tidak mudah marah, bersikap Bantu, tut wuri handayani, yang punya prinsip
saling menghargai, saling menghormati dan saling percaya mempercayai. Insya
Allah negeri kita akan muncul kembali karakter bangsa yang
diharapkan/diidam-idamkan masyarakat semua.
Sebaliknya jika kita sebagai
orang tua berprinsip seperti teori Langavelt yang bercita-cita:"...jika
seandainya saya sebagai seorang buruh tani, maka ia berharap anaknya satupun
tidak akan menjadi buruh tani lagi. Tapi anak-anak saya akan menjadi juragan
tani..." Hal ini sebuah karakter yang lebih maju dari masa sekarang.
Karakter Ber-etika
Sungguh sulit mencari manusia
sekarang yang masuk pada golongan, Menurut Norsanie Darlan (2010)
bahwa:”...masih banyak orang punya karakter ber-Etika. Namun dari hasil diskusi
dikalangan doses ternyata masih banyak juga ditemukan manusia-manusia yang
berkarakter sopan santun, tidak mudah terumbang ambit dari berbagai arus zaman
yang dewasa ini sering menyesatkan...”.
Kementrian pendidikan dan
Kebudayaan sudah menetapkan:"... kode etik guru..." namun belum
ditetapkan siapa wasitnya. Oleh sebab itu Kementrian Pendidikan kebudayaan bersama
PB PGRI sudah mulai menata hal itu.
Pendidikan
Karakter diterapkan pada lingkungan
Dewasa ini, di kalangan kampus
sungguh banyak terjadi demo apakan mahasiswa dengan mahasiswa. Bahkan sering
pula demo antara mahasiswa dengan doses. Peran Pembantu Rektor III bidang
kemahasiswaan kurang nampak. Padahal jika dikaji secara etika, mahasiswa
mendemo dosen tidaklah wajar, Karena dosen dan guru mereka sendiri.
Karakter ber-etika juga di
masyarakat. Para tokoh masyarakat dan tokoh agama adalah orang yang harus kita
hormati. Ternyata sungguh tidak menggembirakan, sering kali etika itu di
langgar. Senin pagi tanggal 2 Agustus 2010, jam 06.00 TV-One menyiarkan di
bekasi Jawa Barat yang berbatasan dengan DKI Jakarta seorang pendeta mau
memimpin kebaktian ditolak oleh kelompoknya sendiri. Karena dijauhkan hal-hal
yang negatif. Sebenarnya perlu pemisahan antara kegiatan keagamaan dengan
masalah demo.
Di masyarakat dapat kita lihat,
bahwa dihampir sebagian besar Pemili Kada terjadi demo yang menuntut ketidak
puasan pada kelompok tertentu. Hal itu tidak saja hanya pada tingkat
kabupaten/kota. Tapi juga pemilu Gubernur dan belum lama ini pemilu presiden.
Yang melakukan demo di depan MK.
Memperhatikan kejadian-kejadian
di atas, maka pemilihan Bupaten/Walikota dan Gubernur kenapa tidak kita
kembalikan kemasa lampau. Artinya melalui DPRD/DPR. Tentu ditinjau secara
ekonomis lebih murah.
Pendidikan
Karakter diberkan pada mahasiswa
Pendidikan Tidak Semata Tugas Guru
Berbicara pendidikan secara
umum, maka tugas tersebut tidak seluruhnya dibebankan kepada guru. Sudah
menjadi kesepakatan secara luas, bahwa pendidikan itu bisa berhasil dengan
baik, bila adanya keterlibatan dari semua pihak. Guru, orang tua murid, masyarakat
dan pemerintah. Karena pendidikan itu, tidak semata dibebankan kepada guru
semata, melainkan tanggung jawab bersama. Artinya orang tua dan masayarakat.
Untuk majunya suatu bangsa tentu
kita saling menghargai, saling toleransi dan saling menghormati. Kenapa guru
kurang dihargai masyarakat terlebih muridnya sendiri karena mereka melihat
kehidupan guru dalam 25 tahun terakhir ini sungguh menyedihkan. Dulu guru kita
hormati, karena mereka dianggap orang yang terpelajar. Dalam kurun waktu
tertentu menjadi adalah pilihan paling akhir. Mudah-mudahan masa datang guru
kembali menjadi yang dihormati.
DAFTAR PUSTAKA
Conrad, 1999. Pembangunan Berkelanjutan dipertahankan secara ad infinitum”, makalah.
----------, 2010, Pendidikan Karakter Dalam Perangkat Pembelajaran,
Makalah, Tamiang Layang.
Darlan, H. M. Norsanie 2011, Mengapa Kita Harus Membaca, Palangka Raya.
-----------, 2011. Mengenali Pendidikan Karakter Dalam Proses Pengembangan Pembelajaran, Makalah
Seminar, Puruk Cahu.
Esau dan Yakub, 2010. Karakter Sebuah Pengertian, Internet.
Habibie, B.J. 2012. Peradaban manusia yang hidup di atas bumi Indonesia. Mereka hidup secara damai, tentram dan sejantera, Jakarta.
Hariandja, M.T.E., 2002. 0f strategies to manage people for optimum business performance including the development of policies and process to support these strategies, artikel, Internet.
Herryanto,
Eris, 2011. Pidato Tertulis tentang:
Strategi Perang Semesta (SPS) dalam Wisuda, Sekolah Pasca Sarjana Strategi
(SPSS) Pertahanan UNHAN, Akademik di Kemhan, Jakarta.
Huntington, 2012. Kebudayaan dan peradaban, tanggapan terhadap pembangunan peradaban, Jakarta.
Ichsan, Kak, 2012. Makna Hari Aksara Internasional, Dalam makalah HAI, Jakarta.
Irfani, Chairul, 2012. Indonesia meningkatkan peradaban yang sejahtera, damai, dan tentram dibangun sumber daya manusia, Artikel, Jakarta.
Kartawijaya, Tb Mh Idris, 2008. Pembangunan sebuah proses produksi, Makalah, Seminar Pembangunan, Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 2012. Kebudayaan nag6
sional sebagai keseluruhan kolektif, Dian Rakyat, Jakarta.
Moeliono, Anthon, 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta.
Poerwadarminta, WJS, 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Soenarto, 2011. Kerendahan hati elit politik, seniman dan intelektual, artikel, Jakarta.
Sayidiman, 2011. kebudayaan Indonesia yang dilandasi kebudayaan daerah, Artikel, Internet.
Syam, Firdaus, 2012. Membangun Peradaban Indonesia, ICMI, Jakarta.
Tietenberg, 2000. Sumberdaya berdasarkan pada kemampuan, makalah Seniar Sumber Daya, Jakarta.
Tbidris, 2008. Dalam hal penyediaan bahan baku dan proses produksi kegiatan pembangunan masyarakat sekitarnya, makalah, Internet,
TD, Surna, 2001. Pembangunan berkelanjutan memenuhi kebutuhan masa kini, artikel, Jakarta.
Under, Filled, 2011. Hubungan sosialisasi Dengan Kepribadian Tentang Komunikasi, Sosiologi, artikel, Jakarta.
Suyanto, 2011. pendidikan karakter, Kementerian Republik Indonesia, di
Universitas Muhamamdiyah Surakarta UMS, Surakarta.
Jumat, 04 Juli 2014
Orang Tidak Tahun Siapa Tutor
KENAPA BANYA ORANG TIDAK TAHU APA ITU
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Oleh:
H.M.Norsanie Darlan
H.M.Norsanie Darlan
Terkadang orang sering bertanya apa itu pendidikan luar sekolah? Menurut: Anggit Setiawan (2012) Pendidikan luar sekolah dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, secara jelas ia
masuk dalam 3 jalur pendidikan. Pertama: Pendidikan formal, Kedua:
Pendidikan Nonformal, dan ketiga: pendidikan informal. Untuk lebih jelasnya,
mari kita pelajari satu persatu jalur pendidikan itu, secara sederhana sebagai
berikut:
1.Pendidikan Formal yang termuda
Pendidikan formal yaitu sistem
persekolahan yang mana anak sampai dewasa bisa belajar disana. Karena pendidikan formal ini sejak sekolah dasar
(SD) sampai pendidikan tertinggi. Artinya pendidikan formal berjenjang dari
sekolah dasar, SLP, SLA, Perguruan Tinggi yang menghasilkan Diploma dan S-1,
kemudian Pendidikan Tertinggi yaitu Pascasarjana yang menelurkan Magister dan
Doktor.
Pertanyaan berikut bagai mana pendidikan nonformal. Pendidikan non formal
ini proses pendidikannya ada yang formal dan ada pula yang murni pendidikan di
luar sistem persekolahan. Pendidikan nonformal atau PLS ini, yang disebut
formal ada di beberapa perguruan tinggi. Kalau di IKIP masa lalu dan dewasa ini
disebut dengan Universitas Negeri seperti IKIP Malang disebut dengan
Universitas Negeri Malang (UNM), di Jakarta Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
tapi IKIP Bandung menyebut diri UPI artinya Universitas Pendidikan Indonesia.
Di IKIP sebutan lama jurusan PLS ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Bagaimana
kalau di Universitas ? PLS ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Tapi tidak semua FKIP di Universitas Memiliki Jurusan/Program Studi PLS. Untuk
Kalimantan hanya ada di Universitas Palangka Raya. Universitas Tanjung Pura
(Untan), Universitas Mulawarman (Unmul) dan Universitas Lambung Mangkutan tidak
bisa mendirikan, karena tenaga dosennya belum mencukupi. Demikian juga di
perguruan tinggi lainnya.
2.Pendidikan Nonformal
Pendidikan Luar Sekolah yang berada betul-betul di luar sekolah seperti
pada: Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang harusnya ada di seluruh kabupaten.
Namun kalimantan tengah baru 7 kabupaten yang memiliki SKB. Pendidikan luar
sekolah juga ada di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di
berbagai kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah. Untuk kota Palangka Raya ada
18 PKBM yang aktif dan sejumlah PKBM yang memerlukan uluran tangan pihak
terkait. Apa sebenarnya tujuan berdirinya PKBM ?. PKBM didirikan adalah karena
kesadaran para anggota masyarakat terhadap nasib para warga masyarakat yang
karena sesuatu dan lain hal mereka tidak sempat menikmati pendidikan formal
dimasa mudanya. Setelah dewasa ia baru sadar pentingnya belajar. Mau masuk ke
SD tidak mungkin, karena faktor usia. Maka PKBM akan memapung mereka untuk
belajar kembali. Dengan program paket A dan ijazah mereka berdasarkan
Undang-Undang setera dengan SD. Paket B setara SMP dan paket C setara dengan
SMA.
Dalam PKBM juga berbagai program belajar di masyarakat tersedia Keberagaman
dimaksud adalah bermacam-macam kursus seperti: kursus menjahit, menyetir,
fotografir, komputer, sablon, salon kecantikan, tata rias, kursus bahasa,
kesetinian, dan lain-lain. Seluruhnya menggunakan waktu yang relatif pendek,
tapi berguna dan dapat menolong warga belajarnya dalam mencari nafkah untuk
diri dan keluarganya. Dan jangan hanya terbatas pada program pemberantasan buta
huruf. Tapi PLS berpikir jauh dari itu.
Kalangan pejabat sering tidak mengenal pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal ini. Pada ia sebelum atau setelah baru menjabat ikut Diklat kepemimpinan tingkat IV, III, II dan I. Hal itu adalah proses di luar sekolah. Artinya kursus kepemimpinan seperti ini ditak pernah diselenggarakan di persekolahan, melainkan melalui jalur pendidikan luar sekolah.
Kalangan pejabat sering tidak mengenal pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal ini. Pada ia sebelum atau setelah baru menjabat ikut Diklat kepemimpinan tingkat IV, III, II dan I. Hal itu adalah proses di luar sekolah. Artinya kursus kepemimpinan seperti ini ditak pernah diselenggarakan di persekolahan, melainkan melalui jalur pendidikan luar sekolah.
3.Pendidikan Informal
Sekarang bagaimana yang disebut pendidikan informal ?. pendidikan informal
adalah pendidikan tertua di dunia. Karena belajar dari sejarah pendidikan bahwa
pendidikan informal ini sejak zaman Nabi Adam sudah terjadi. Karena pendidikan
ini berada dalam keluarga.
Pendidikan dalam keluarga ini yang disebutkan dalam teori Tabolarasa, anak yang terlahir dalam sebuah keluarga itu bagaikan kertas putih. Maka lingkungannya yang memberikan warna terhadap anak itu.
Pendidikan dalam keluarga ini yang disebutkan dalam teori Tabolarasa, anak yang terlahir dalam sebuah keluarga itu bagaikan kertas putih. Maka lingkungannya yang memberikan warna terhadap anak itu.
Kita sama maklumi jika anak berasal dari keluarga nelayan. Sangat mustahil kalau ia tidak mengerti
cara menangkap ikan. Demikian juga jika anak terlahir di keluarga perkebunan.
Anak akan bisa dengan mudah melakukan tanaman karena ia sejak dari lahir sudah
melihat dari ayah ibu, nenek kakeknya dalam berkebun walau dengan serba
sederhana.
Dalam kesempatan ini, penulis mengemukakan kenapa 2 atau 3 pelita lalu, putra dan putri kalteng dalam PON mendulang piala emas dicabag olah raga dayung. Karena saat itu jalan darat belum menjadi primadona berbagai even ke mana-mana. Zaman penulis masa sekolah, anak sebelum sekolah sudah bisa berenang dan mendayung. Karena mau kesekolah harus ke desa seberang. Kalau tidak bisa berenang, orang tua murid enggan melepas anaknya untuk sekolah. Para petani ke ladang harus naik perahu. Sehingga putra-putri kita saat itu menjuarai olah raga dayung. Karena mendayung muncul dalam pendidikan informal. Petalihan hanya senambah teknik meraup kemenangan. Sekarang kita ketahui bersama bahwa jalan sungai sudah mulai ditinggalkan. Karena jalan darat lebih mudah, lebih cepat untuk perjalanan dari desa ke desa. Namun cabang olahraga dayung kejuaraan hanya sebagai kenangan masa lampau.
Dalam kesempatan ini, penulis mengemukakan kenapa 2 atau 3 pelita lalu, putra dan putri kalteng dalam PON mendulang piala emas dicabag olah raga dayung. Karena saat itu jalan darat belum menjadi primadona berbagai even ke mana-mana. Zaman penulis masa sekolah, anak sebelum sekolah sudah bisa berenang dan mendayung. Karena mau kesekolah harus ke desa seberang. Kalau tidak bisa berenang, orang tua murid enggan melepas anaknya untuk sekolah. Para petani ke ladang harus naik perahu. Sehingga putra-putri kita saat itu menjuarai olah raga dayung. Karena mendayung muncul dalam pendidikan informal. Petalihan hanya senambah teknik meraup kemenangan. Sekarang kita ketahui bersama bahwa jalan sungai sudah mulai ditinggalkan. Karena jalan darat lebih mudah, lebih cepat untuk perjalanan dari desa ke desa. Namun cabang olahraga dayung kejuaraan hanya sebagai kenangan masa lampau.
4.Bagaimana PLS di Kalteng
Bila mempelajari sejarah. Kita retrospektif 45-50 tahun silam. Di Palangka
Raya ada 1 perguruan tinggi swasta yaitu: Fakultas Ekonomi dan 1 perguruan
tinggi lagi IKIP Bandung cabang Palangka Raya. Di Bandung sudah negeri, di
Palangka Raya sedang di tata. Dengan adanya istruksi Mendikbud RI bahwa setiap
provinsi ada Universitas Negeri maka digabunglah IKIP Bandung cabang Palangka
Raya dengan Fakultas Ekonomi. Dari peraturan saat itu, harus minimal 3 Fakultas
maka didikannya Fakultas Pertanian yang lokasi perguruan tinggnya di Kuala
Kapuas.
Kapan PLS ada? Jawabnya di IKIP Bandung Cabang Palangka Raya saat itu di
Fakultas Ilnmu Pendidikan disebut (FIP) ada 2 jurusan pendidikan luar sekolah
(Pensos) dan satu lagi Pendidikan Umum (PU).
Kalau demikian PLS sudah ada, sebelum berdirinya Universitas Palangka Raya.
Hanya saja perjalanannya menemui pasang surut. Namun hidup sampai saat
sekarang.
Tahun 1986 ada beredar PLS di luar IKIP di non aktifkan. Di Kalimantan punya 2 PLS saat itu. Di
Unlam Banjarmasin dan Unpar Palangka Raya. Unlam dan Unpar terancam ditutup.
Artinya tidak menerirma mahasiswa baru. Sehingga dosen-dosennya kembali ke IKIP
di berbagai tempat di tanah air.
PLS Unpar tidak demikian. Walau tidak menerima input SLA, tapi kami
menerima input Diploma !, II dan Sarjana Muda. Selama 10 tahun demikian. Prof.
Norsanie mempelajari apakah di tanah air semua PLS yang ada di FKIP tutup
semua. Ternyata di Universitas Jember (Jawa Timur) mereka bertahan hingga
sekarang. Hal itu di konsultasikan dengan Rektor Univeraitas Palangka Raya
Prof. Dr. Ir. Ali Hasmy, MS., MA bahwa PLS Di Jember tetap bertahan. Maka tahun
1996 PLS Unpar membuka kembali input SLA dalam berbagai jurusan. Maksudnya IPS,
IPA dan Bahasa. Hal ini lestari hingga sekarang.
Sekelmalinya pendidikan Doktor dari Bandung, Prof. Norsanie berniat
meningkatkan tidak saja S-1 PLS. Tapi bagaimana S-2 PLS. Ternyata Mendiknas
menyetujui dibukanya S-2 PLS hingga sekarang. Walau PLS IKIP Surabaya mencemooh
penulis. Kok di Palangka Raya hanya 1 orang Profesor bisa berdiri S-2 PLS.
Sedangkan kami di Surabaya 6 oranh Profesor berkali-kali mengirim berkas untuk
membuka S-2 tidak di kabulkan. Dan untuk
diketahui bersama bahwa S-2 PLS di Palangka Raya, satu-satunya S-2 PLS di luar
Jawa saat ini.
Bagi peminat yang mau masuk S-2 PLS sekarang masa pendaftaran di
Universitas Palamgka Raya. Mahasiswanya ada yang dari Kaltim, Kalbar dan
mayoritas dari Kalimantan Tengah.
Langganan:
Postingan (Atom)