Jumat, 04 Juli 2014

Orang Tidak Tahun Siapa Tutor


KENAPA BANYA ORANG TIDAK TAHU APA ITU

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Oleh:
H.M.Norsanie Darlan

Terkadang orang sering bertanya apa itu pendidikan luar sekolah?  Menurut: Anggit Setiawan  (2012) Pendidikan luar sekolah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, secara jelas ia masuk dalam 3 jalur pendidikan. Pertama: Pendidikan formal, Kedua: Pendidikan Nonformal, dan ketiga: pendidikan informal. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari satu persatu jalur pendidikan itu, secara sederhana sebagai berikut:

1.Pendidikan Formal yang termuda
Pendidikan formal yaitu sistem persekolahan yang mana anak sampai dewasa bisa belajar disana. Karena pendidikan formal ini sejak sekolah dasar (SD) sampai pendidikan tertinggi. Artinya pendidikan formal berjenjang dari sekolah dasar, SLP, SLA, Perguruan Tinggi yang menghasilkan Diploma dan S-1, kemudian Pendidikan Tertinggi yaitu Pascasarjana yang menelurkan Magister dan Doktor.
Pertanyaan berikut bagai mana pendidikan nonformal. Pendidikan non formal ini proses pendidikannya ada yang formal dan ada pula yang murni pendidikan di luar sistem persekolahan. Pendidikan nonformal atau PLS ini, yang disebut formal ada di beberapa perguruan tinggi. Kalau di IKIP masa lalu dan dewasa ini disebut dengan Universitas Negeri seperti IKIP Malang disebut dengan Universitas Negeri Malang (UNM), di Jakarta Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tapi IKIP Bandung menyebut diri UPI artinya Universitas Pendidikan Indonesia. Di IKIP sebutan lama jurusan PLS ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Bagaimana kalau di Universitas ? PLS ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Tapi tidak semua FKIP di Universitas Memiliki Jurusan/Program Studi PLS. Untuk Kalimantan hanya ada di Universitas Palangka Raya. Universitas Tanjung Pura (Untan), Universitas Mulawarman (Unmul) dan Universitas Lambung Mangkutan tidak bisa mendirikan, karena tenaga dosennya belum mencukupi. Demikian juga di perguruan tinggi lainnya.

2.Pendidikan Nonformal
Pendidikan Luar Sekolah yang berada betul-betul di luar sekolah seperti pada: Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang harusnya ada di seluruh kabupaten. Namun kalimantan tengah baru 7 kabupaten yang memiliki SKB. Pendidikan luar sekolah juga ada di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah. Untuk kota Palangka Raya ada 18 PKBM yang aktif dan sejumlah PKBM yang memerlukan uluran tangan pihak terkait. Apa sebenarnya tujuan berdirinya PKBM ?. PKBM didirikan adalah karena kesadaran para anggota masyarakat terhadap nasib para warga masyarakat yang karena sesuatu dan lain hal mereka tidak sempat menikmati pendidikan formal dimasa mudanya. Setelah dewasa ia baru sadar pentingnya belajar. Mau masuk ke SD tidak mungkin, karena faktor usia. Maka PKBM akan memapung mereka untuk belajar kembali. Dengan program paket A dan ijazah mereka berdasarkan Undang-Undang setera dengan SD. Paket B setara SMP dan paket C setara dengan SMA.
Dalam PKBM juga berbagai program belajar di masyarakat tersedia Keberagaman dimaksud adalah bermacam-macam kursus seperti: kursus menjahit, menyetir, fotografir, komputer, sablon, salon kecantikan, tata rias, kursus bahasa, kesetinian, dan lain-lain. Seluruhnya menggunakan waktu yang relatif pendek, tapi berguna dan dapat menolong warga belajarnya dalam mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Dan jangan hanya terbatas pada program pemberantasan buta huruf. Tapi PLS berpikir jauh dari itu.
Kalangan pejabat sering tidak mengenal pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal ini. Pada ia sebelum atau setelah baru menjabat ikut Diklat kepemimpinan tingkat IV, III, II dan I. Hal itu adalah proses di luar sekolah. Artinya kursus kepemimpinan seperti ini ditak pernah diselenggarakan di persekolahan, melainkan melalui jalur pendidikan luar sekolah.

3.Pendidikan Informal
Sekarang bagaimana yang disebut pendidikan informal ?. pendidikan informal adalah pendidikan tertua di dunia. Karena belajar dari sejarah pendidikan bahwa pendidikan informal ini sejak zaman Nabi Adam sudah terjadi. Karena pendidikan ini berada dalam keluarga.
Pendidikan dalam keluarga ini yang disebutkan dalam teori Tabolarasa, anak yang terlahir dalam sebuah keluarga itu bagaikan kertas putih. Maka lingkungannya yang memberikan warna terhadap anak itu.
Kita sama maklumi jika anak berasal dari keluarga nelayan. Sangat mustahil kalau ia tidak mengerti cara menangkap ikan. Demikian juga jika anak terlahir di keluarga perkebunan. Anak akan bisa dengan mudah melakukan tanaman karena ia sejak dari lahir sudah melihat dari ayah ibu, nenek kakeknya dalam berkebun walau dengan serba sederhana.
Dalam kesempatan ini, penulis mengemukakan kenapa 2 atau 3 pelita lalu, putra dan putri kalteng dalam PON mendulang piala emas dicabag olah raga dayung. Karena saat itu jalan darat belum menjadi primadona berbagai even ke mana-mana. Zaman penulis masa sekolah, anak sebelum sekolah sudah bisa berenang dan mendayung. Karena mau kesekolah harus ke desa seberang. Kalau tidak bisa berenang, orang tua murid enggan melepas anaknya untuk sekolah. Para petani ke ladang harus naik perahu. Sehingga putra-putri kita saat itu menjuarai olah raga dayung. Karena mendayung muncul dalam pendidikan informal. Petalihan hanya senambah teknik meraup kemenangan. Sekarang kita ketahui bersama bahwa jalan sungai sudah mulai ditinggalkan. Karena jalan darat lebih mudah, lebih cepat untuk perjalanan dari desa ke desa. Namun cabang olahraga dayung kejuaraan hanya sebagai kenangan masa lampau.

4.Bagaimana PLS di Kalteng
Bila mempelajari sejarah. Kita retrospektif 45-50 tahun silam. Di Palangka Raya ada 1 perguruan tinggi swasta yaitu: Fakultas Ekonomi dan 1 perguruan tinggi lagi IKIP Bandung cabang Palangka Raya. Di Bandung sudah negeri, di Palangka Raya sedang di tata. Dengan adanya istruksi Mendikbud RI bahwa setiap provinsi ada Universitas Negeri maka digabunglah IKIP Bandung cabang Palangka Raya dengan Fakultas Ekonomi. Dari peraturan saat itu, harus minimal 3 Fakultas maka didikannya Fakultas Pertanian yang lokasi perguruan tinggnya di Kuala Kapuas.
Kapan PLS ada? Jawabnya di IKIP Bandung Cabang Palangka Raya saat itu di Fakultas Ilnmu Pendidikan disebut (FIP) ada 2 jurusan pendidikan luar sekolah (Pensos) dan satu lagi Pendidikan Umum (PU).
Kalau demikian PLS sudah ada, sebelum berdirinya Universitas Palangka Raya. Hanya saja perjalanannya menemui pasang surut. Namun hidup sampai saat sekarang.
Tahun 1986 ada beredar PLS di luar IKIP di non aktifkan. Di Kalimantan punya 2 PLS saat itu. Di Unlam Banjarmasin dan Unpar Palangka Raya. Unlam dan Unpar terancam ditutup. Artinya tidak menerirma mahasiswa baru. Sehingga dosen-dosennya kembali ke IKIP di berbagai tempat di tanah air.
PLS Unpar tidak demikian. Walau tidak menerima input SLA, tapi kami menerima input Diploma !, II dan Sarjana Muda. Selama 10 tahun demikian. Prof. Norsanie mempelajari apakah di tanah air semua PLS yang ada di FKIP tutup semua. Ternyata di Universitas Jember (Jawa Timur) mereka bertahan hingga sekarang. Hal itu di konsultasikan dengan Rektor Univeraitas Palangka Raya Prof. Dr. Ir. Ali Hasmy, MS., MA bahwa PLS Di Jember tetap bertahan. Maka tahun 1996 PLS Unpar membuka kembali input SLA dalam berbagai jurusan. Maksudnya IPS, IPA dan Bahasa. Hal ini lestari hingga sekarang.
Sekelmalinya pendidikan Doktor dari Bandung, Prof. Norsanie berniat meningkatkan tidak saja S-1 PLS. Tapi bagaimana S-2 PLS. Ternyata Mendiknas menyetujui dibukanya S-2 PLS hingga sekarang. Walau PLS IKIP Surabaya mencemooh penulis. Kok di Palangka Raya hanya 1 orang Profesor bisa berdiri S-2 PLS. Sedangkan kami di Surabaya 6 oranh Profesor berkali-kali mengirim berkas untuk membuka  S-2 tidak di kabulkan. Dan untuk diketahui bersama bahwa S-2 PLS di Palangka Raya, satu-satunya S-2 PLS di luar Jawa saat ini.
Bagi peminat yang mau masuk S-2 PLS sekarang masa pendaftaran di Universitas Palamgka Raya. Mahasiswanya ada yang dari Kaltim, Kalbar dan mayoritas dari Kalimantan Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar