KENAPA BANYA ORANG TIDAK TAHU APA ITU
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Oleh:
H.M.Norsanie Darlan
H.M.Norsanie Darlan
Terkadang orang sering bertanya apa itu pendidikan luar sekolah? Menurut: Anggit Setiawan (2012) Pendidikan luar sekolah dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, secara jelas ia
masuk dalam 3 jalur pendidikan. Pertama: Pendidikan formal, Kedua:
Pendidikan Nonformal, dan ketiga: pendidikan informal. Untuk lebih jelasnya,
mari kita pelajari satu persatu jalur pendidikan itu, secara sederhana sebagai
berikut:
1.Pendidikan Formal yang termuda
Pendidikan formal yaitu sistem
persekolahan yang mana anak sampai dewasa bisa belajar disana. Karena pendidikan formal ini sejak sekolah dasar
(SD) sampai pendidikan tertinggi. Artinya pendidikan formal berjenjang dari
sekolah dasar, SLP, SLA, Perguruan Tinggi yang menghasilkan Diploma dan S-1,
kemudian Pendidikan Tertinggi yaitu Pascasarjana yang menelurkan Magister dan
Doktor.
Pertanyaan berikut bagai mana pendidikan nonformal. Pendidikan non formal
ini proses pendidikannya ada yang formal dan ada pula yang murni pendidikan di
luar sistem persekolahan. Pendidikan nonformal atau PLS ini, yang disebut
formal ada di beberapa perguruan tinggi. Kalau di IKIP masa lalu dan dewasa ini
disebut dengan Universitas Negeri seperti IKIP Malang disebut dengan
Universitas Negeri Malang (UNM), di Jakarta Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
tapi IKIP Bandung menyebut diri UPI artinya Universitas Pendidikan Indonesia.
Di IKIP sebutan lama jurusan PLS ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Bagaimana
kalau di Universitas ? PLS ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Tapi tidak semua FKIP di Universitas Memiliki Jurusan/Program Studi PLS. Untuk
Kalimantan hanya ada di Universitas Palangka Raya. Universitas Tanjung Pura
(Untan), Universitas Mulawarman (Unmul) dan Universitas Lambung Mangkutan tidak
bisa mendirikan, karena tenaga dosennya belum mencukupi. Demikian juga di
perguruan tinggi lainnya.
2.Pendidikan Nonformal
Pendidikan Luar Sekolah yang berada betul-betul di luar sekolah seperti
pada: Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang harusnya ada di seluruh kabupaten.
Namun kalimantan tengah baru 7 kabupaten yang memiliki SKB. Pendidikan luar
sekolah juga ada di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di
berbagai kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah. Untuk kota Palangka Raya ada
18 PKBM yang aktif dan sejumlah PKBM yang memerlukan uluran tangan pihak
terkait. Apa sebenarnya tujuan berdirinya PKBM ?. PKBM didirikan adalah karena
kesadaran para anggota masyarakat terhadap nasib para warga masyarakat yang
karena sesuatu dan lain hal mereka tidak sempat menikmati pendidikan formal
dimasa mudanya. Setelah dewasa ia baru sadar pentingnya belajar. Mau masuk ke
SD tidak mungkin, karena faktor usia. Maka PKBM akan memapung mereka untuk
belajar kembali. Dengan program paket A dan ijazah mereka berdasarkan
Undang-Undang setera dengan SD. Paket B setara SMP dan paket C setara dengan
SMA.
Dalam PKBM juga berbagai program belajar di masyarakat tersedia Keberagaman
dimaksud adalah bermacam-macam kursus seperti: kursus menjahit, menyetir,
fotografir, komputer, sablon, salon kecantikan, tata rias, kursus bahasa,
kesetinian, dan lain-lain. Seluruhnya menggunakan waktu yang relatif pendek,
tapi berguna dan dapat menolong warga belajarnya dalam mencari nafkah untuk
diri dan keluarganya. Dan jangan hanya terbatas pada program pemberantasan buta
huruf. Tapi PLS berpikir jauh dari itu.
Kalangan pejabat sering tidak mengenal pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal ini. Pada ia sebelum atau setelah baru menjabat ikut Diklat kepemimpinan tingkat IV, III, II dan I. Hal itu adalah proses di luar sekolah. Artinya kursus kepemimpinan seperti ini ditak pernah diselenggarakan di persekolahan, melainkan melalui jalur pendidikan luar sekolah.
Kalangan pejabat sering tidak mengenal pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal ini. Pada ia sebelum atau setelah baru menjabat ikut Diklat kepemimpinan tingkat IV, III, II dan I. Hal itu adalah proses di luar sekolah. Artinya kursus kepemimpinan seperti ini ditak pernah diselenggarakan di persekolahan, melainkan melalui jalur pendidikan luar sekolah.
3.Pendidikan Informal
Sekarang bagaimana yang disebut pendidikan informal ?. pendidikan informal
adalah pendidikan tertua di dunia. Karena belajar dari sejarah pendidikan bahwa
pendidikan informal ini sejak zaman Nabi Adam sudah terjadi. Karena pendidikan
ini berada dalam keluarga.
Pendidikan dalam keluarga ini yang disebutkan dalam teori Tabolarasa, anak yang terlahir dalam sebuah keluarga itu bagaikan kertas putih. Maka lingkungannya yang memberikan warna terhadap anak itu.
Pendidikan dalam keluarga ini yang disebutkan dalam teori Tabolarasa, anak yang terlahir dalam sebuah keluarga itu bagaikan kertas putih. Maka lingkungannya yang memberikan warna terhadap anak itu.
Kita sama maklumi jika anak berasal dari keluarga nelayan. Sangat mustahil kalau ia tidak mengerti
cara menangkap ikan. Demikian juga jika anak terlahir di keluarga perkebunan.
Anak akan bisa dengan mudah melakukan tanaman karena ia sejak dari lahir sudah
melihat dari ayah ibu, nenek kakeknya dalam berkebun walau dengan serba
sederhana.
Dalam kesempatan ini, penulis mengemukakan kenapa 2 atau 3 pelita lalu, putra dan putri kalteng dalam PON mendulang piala emas dicabag olah raga dayung. Karena saat itu jalan darat belum menjadi primadona berbagai even ke mana-mana. Zaman penulis masa sekolah, anak sebelum sekolah sudah bisa berenang dan mendayung. Karena mau kesekolah harus ke desa seberang. Kalau tidak bisa berenang, orang tua murid enggan melepas anaknya untuk sekolah. Para petani ke ladang harus naik perahu. Sehingga putra-putri kita saat itu menjuarai olah raga dayung. Karena mendayung muncul dalam pendidikan informal. Petalihan hanya senambah teknik meraup kemenangan. Sekarang kita ketahui bersama bahwa jalan sungai sudah mulai ditinggalkan. Karena jalan darat lebih mudah, lebih cepat untuk perjalanan dari desa ke desa. Namun cabang olahraga dayung kejuaraan hanya sebagai kenangan masa lampau.
Dalam kesempatan ini, penulis mengemukakan kenapa 2 atau 3 pelita lalu, putra dan putri kalteng dalam PON mendulang piala emas dicabag olah raga dayung. Karena saat itu jalan darat belum menjadi primadona berbagai even ke mana-mana. Zaman penulis masa sekolah, anak sebelum sekolah sudah bisa berenang dan mendayung. Karena mau kesekolah harus ke desa seberang. Kalau tidak bisa berenang, orang tua murid enggan melepas anaknya untuk sekolah. Para petani ke ladang harus naik perahu. Sehingga putra-putri kita saat itu menjuarai olah raga dayung. Karena mendayung muncul dalam pendidikan informal. Petalihan hanya senambah teknik meraup kemenangan. Sekarang kita ketahui bersama bahwa jalan sungai sudah mulai ditinggalkan. Karena jalan darat lebih mudah, lebih cepat untuk perjalanan dari desa ke desa. Namun cabang olahraga dayung kejuaraan hanya sebagai kenangan masa lampau.
4.Bagaimana PLS di Kalteng
Bila mempelajari sejarah. Kita retrospektif 45-50 tahun silam. Di Palangka
Raya ada 1 perguruan tinggi swasta yaitu: Fakultas Ekonomi dan 1 perguruan
tinggi lagi IKIP Bandung cabang Palangka Raya. Di Bandung sudah negeri, di
Palangka Raya sedang di tata. Dengan adanya istruksi Mendikbud RI bahwa setiap
provinsi ada Universitas Negeri maka digabunglah IKIP Bandung cabang Palangka
Raya dengan Fakultas Ekonomi. Dari peraturan saat itu, harus minimal 3 Fakultas
maka didikannya Fakultas Pertanian yang lokasi perguruan tinggnya di Kuala
Kapuas.
Kapan PLS ada? Jawabnya di IKIP Bandung Cabang Palangka Raya saat itu di
Fakultas Ilnmu Pendidikan disebut (FIP) ada 2 jurusan pendidikan luar sekolah
(Pensos) dan satu lagi Pendidikan Umum (PU).
Kalau demikian PLS sudah ada, sebelum berdirinya Universitas Palangka Raya.
Hanya saja perjalanannya menemui pasang surut. Namun hidup sampai saat
sekarang.
Tahun 1986 ada beredar PLS di luar IKIP di non aktifkan. Di Kalimantan punya 2 PLS saat itu. Di
Unlam Banjarmasin dan Unpar Palangka Raya. Unlam dan Unpar terancam ditutup.
Artinya tidak menerirma mahasiswa baru. Sehingga dosen-dosennya kembali ke IKIP
di berbagai tempat di tanah air.
PLS Unpar tidak demikian. Walau tidak menerima input SLA, tapi kami
menerima input Diploma !, II dan Sarjana Muda. Selama 10 tahun demikian. Prof.
Norsanie mempelajari apakah di tanah air semua PLS yang ada di FKIP tutup
semua. Ternyata di Universitas Jember (Jawa Timur) mereka bertahan hingga
sekarang. Hal itu di konsultasikan dengan Rektor Univeraitas Palangka Raya
Prof. Dr. Ir. Ali Hasmy, MS., MA bahwa PLS Di Jember tetap bertahan. Maka tahun
1996 PLS Unpar membuka kembali input SLA dalam berbagai jurusan. Maksudnya IPS,
IPA dan Bahasa. Hal ini lestari hingga sekarang.
Sekelmalinya pendidikan Doktor dari Bandung, Prof. Norsanie berniat
meningkatkan tidak saja S-1 PLS. Tapi bagaimana S-2 PLS. Ternyata Mendiknas
menyetujui dibukanya S-2 PLS hingga sekarang. Walau PLS IKIP Surabaya mencemooh
penulis. Kok di Palangka Raya hanya 1 orang Profesor bisa berdiri S-2 PLS.
Sedangkan kami di Surabaya 6 oranh Profesor berkali-kali mengirim berkas untuk
membuka S-2 tidak di kabulkan. Dan untuk
diketahui bersama bahwa S-2 PLS di Palangka Raya, satu-satunya S-2 PLS di luar
Jawa saat ini.
Bagi peminat yang mau masuk S-2 PLS sekarang masa pendaftaran di
Universitas Palamgka Raya. Mahasiswanya ada yang dari Kaltim, Kalbar dan
mayoritas dari Kalimantan Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar