Selasa, 15 April 2014

Makalah di BP2PNFI Regional IV Kalimantan



IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN

Paparan Dalam Workshop Pengembangan Pembelajaran PAUD Berbasis Kearifan
Lokal Untuk Penguatan Karakter Anak Usia Dini

Oleh:
Prof. H.M. Norsanie Darlan
Guru Besar S-1 dan S-2 PLS Universitas Palangka Raya

Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini, sebenarnya di dunia sudah berkembang sejak Abad ke 18.  John Comenius (1592-1670), mengembangkannya,  dan Jean jacques Rousseau yang hidup pada tahun (1712-1778) ia menuangkan pikirannya tentang PAUD dalam novelnya Emile. Demikian juga Johann Heinrick Pestalozzi (1747-1827)   Pendidikan TK pada saat itu lebih bersifat keagamaan. Beberapa TK yang tercatat seperti Ammon School di Amerika Serikat dan Orbelin “Knitting Schools” di Francis masih menekankan pada pembelajaran membaca, terutama membaca kitab suci. Oleh karena itu menurut: Spondek, (1986) bahwa:”...taman kanak-kanak di amerika dibawah pengawasan tutor dan tes pemahaman anak didasarkan atas tingkat pemahaman.
Dalam Abad ke 19 dapat kita lihat salah satu tokohnya pendiri taman kanak-kanak yang tenar pada abad ini adalah Friedrich Wilheim Froebel (1782-1852). Froebel pernah belajar pada pestalozzi. Ia mendirikan kindegarten (kinder = anak dan garten = taman) di Jerman pada tahun 1837).
Tokoh lain Robert owen yang hidup antara (1771-1850) merupakan salah satu tokoh PAUD di Amerika serikat. Ia termasuk orang yang pindah ke new world. Tahun 1816 ia mendirikan sekolah The Institution for the formation of character di new lanark, scotlandia. Sekolah owen ini dalam beberapa segi memiliki kesamaan dengan sekolah froebel dan pemikiran pestalozzi yaitu menekankan agar anak belajar dari benda-benda konkrit.
Namun dewasa ini secara realita perkembangan itu tidak sebatas di benua Amereka tapi juga d Erofa sampai ke Asean. Hanya saja di tanah air kita pemberian nama PAUD seakan pendidikan baru, sebenarnya namanya saja yang baru. Penulis sempat merasakan pendidikan TK Aisiyah Marabahan.
Untuk lebih banyak kita mengurai dalam masalah PAUD ini, secara singat akan diuraikan dalam materi berikut:

Berbagai Pengertian
Arti Implementasi menurut Anthon M. Muliono (1988; 327) dan Poerwadarminta (1986) adalah:”...sebuah pelaksanaan, penerapan untuk mencari bentuk dalam hasil dari sebuah kesepakatan…”. Tentu saja implementasi diawali dengan perencanaan. Sehingga dalam proses pembelajaran yang diterapkan tentu saja berhubungan erat dengan basis kearifan lokal. 
Arti Kearifan lokal menurut: Norsanie Darlan (2012; 3) dikaji dari asal kata arif, dan  menurut: Hasan Alwi (2002;65) adalah:”…dalam melakukan sesuatu dengan secara bijaksana, cerdik,  pandai, dan berilmu yang cukup, dengan penuh kehati-hatian…”.  Atau istilah lain:”berarati” Untuk membangunan tanpa ada pemihakan terhadap kelompok tertentu. Namun tidak perlu memisahkan diri dari adanya budaya lokal. Budaya lokal yang baik, harus kita pelihara searif mungkin.
Arti Pembelajaran ini ada beberapa ahli dalam kesempatan ini, yang membahas tentang apa itu pembelajaran. Arti pembelajaran menurut Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah:”… suatu usaha untuk membuat peserta didik dalam suatu proses kegiatan untuk membelajarkan peserta didik…”.  Dalam U.U Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Kemudian Sudjana (2004:28) yaitu:“…Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar/tutor) yang melakukan kegiatan membelajarkan…”.
Selain hal-hal di atas, berikut Corey (1986:195) membahas tentang: Pembelajaran adalah:”…suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan…”.  Demikian juga menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) Pembelajaran adalah:”…kegiatan guru/tutor secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar…”.  
Dengan memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa proses pembelajaran sangat memerlukan kearifan lokal. Tidak semua konsep berasal dari luar baik. Tapi juga tidak seluruh konsep lokal yang dominan. Sehingga perpaduan ke 2 hal di atas sangat dinantikan. Agar kearifan masih terpeliharan dengan baik dan lancar.

Arti Karakter
Arti Karakter, menurut: Moeliono (1989; 389) dan Poerwadarminta (1986) Norsanie Darlan, (2011) menyebutkan:"...sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain...".
Sedangkan menurut: Esau dan Yakub (2010) dalam kamus umum bahasa Indonesia, adalah:"...karakter ialah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain...". Kemudian Leonardo A. Sjamsuri (2010) dalam bukunya "'Kariama Versus Karakter" mengatakan bahwa karakter adalah:"...merupakan siapa yang sesungguhnya...". Sedangkan karakter dalam arti PLS, menurut Sutaryat (2010) adalah:"...dalam menyusun kurikulum bersifat fleksibelitas bagi pamong belajar, tutor, instruktur dapat dilaksanakan dengan musyawarah dengan WB dan dalam penggunaan metoda pembelajaran yang bersifat partisipatif...". Hal ini menunjukkan kepada kegunaan dan keunggulan suatu produk manusia. Dengan demikian karakter yang dimaksudkan adalah sikap yang jujur, rendah hati, sabar, tutus ikhlas dan sopan dalam pergaulan. Artinya tidak berkarakter atau tabiat yang keras. Sebagai tenaga  yang dalam jabatan fungsional, tentu harapan kita semua punya karakter yang santun, murah hati, berwawasan luas dan bisa mengayomi kepada semua orang. Termasuk anak didiknya.
Tokoh yang memperkenalkan istilah “masyarakat madani” di Indonesia menggambarkan masyarakat madani sebagai sistem sosial yang subur yang berazaskan moral Pancasila yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Ia juga memberikan gambaran kondisi yang bertentangan dengan masyarakat, yaitu adanya kemelut yang diderita oleh umat manusia seperti meluasnya keganasan, sikap melampaui batas, kemiskinan, ketidak adilan, kebejatan sosial, kejahilan, kelesuan intelektual, dan kemunduran budaya yang merupakan manifestasi pembangunan masyarakat yang kritis.
Walaupun ide-ide masyarakat terhadap kearifan lokal menurut: Hidayat, (2008) bertolak dari:”... konsep civil society, namun ide-ide itu juga terdapat dalam konsep yang disebut Gelner dengan, budaya tinggi yang juga terdapat dalam sejarah Asia Tenggara di kalangan Melayu Indonesia...”.
Pernyataan, Komaruddin Hidayat (1999: 267) bahwa:”... dalam wacana di Indonesia, istilah “pembangunan masyarakat” kali pertama diperkenalkan oleh Nurcholish Madjid, yang spirit serta visinya terbukukan dalam nama yayasan yang Pendidikannya...”. Secara “semantik” artinya kira-kira ialah, sebuah excellent [paramount] yang misinya ialah untuk membangun sebuah peradaban, “Pembaharuan Pendidikan. Selanjutnya, ia mempopulerkan istilah itu dalam wacana dan ruang lingkup yang lebih luas yang kemudian diikuti oleh para pakar yang lain.

Inventarisasi dan Pengkajian Kearifan Lokal
Tidak semua kearifan lokal yang terdapat dalam budaya lokal telah diketahui masyarakat. Oleh karena itu, dalam pembangunan masyarakat berbasis kearifan lokal perlu dilakukan inventarisasi, dokumentasi, dan pengkajian terhadap budaya lokal untuk menemukan kearifan lokal. Sebagai contoh melalui  pengkajian terhadap cerita rakyat dapat ditemukan kearifan lokal yang relevan untuk membangun masyarakat, seperti: sikap-sikap anti kejahatan, suka menolong, dan giat membangun (Nasirun, Cikal Bakal Desa Tanggungsari); nilai-nilai patriotisme dan memperjuangkan nasib rakyat dalam nilai-nilai kepemimpinan yang bertanggung jawab dan menepati janji; nilai kepemimpinan (gubernur/bupati/walikota) yang peduli pada daerah dan rakyatnya; nilai demokrasi dengan cara pemilihan kepala desa yang demokratis dan transparan, nilai kejujuran, keikhlasan, dan tanpa pamrih. Selanjutnya, kearifan lokal yang relevan dengan pembangunan masyarakat yang perlu disosialisasikan dan diinternalisasikan kepada masyarakat.
Dalam pengkajian kearifan lokal ini sering dimunculkan dalam janji-janji calon pemimpin daerah, saat merangkul perhatian masyarakat. Namun adakalanya janji saat itu tidak terwujud dengan berbagai alasan. Sehingga membuat cederanya kearifan lokal terhadap daerah itu sendiri. 

Festival Budaya Lokal
Berbicara tentang kearifan lokal, tentu tidak jauh dari adanya unsur-unsur budaya lokal yang berpotensi untuk membangun masyarakat yang dapat dipergelarkan dalam bentuk festival budaya dalam berbagai kegiatan lainnya. Sebagai contoh festival seni tradisi, upacara tradisi, dan permainan tradisional anak-anak dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun kesadaran pluralisme, membangun integrasi sosial dalam masyarakat, dan tumbuhnya multikulturalisme.
Langkah-langkah strategis sebagaimana telah diuraikan di atas diharapkan akan membentuk suatu kesadaran kultural menurut: Kartodirdjo, (1994) bahwa:”…pada gilirannya akan membentuk ketahanan kultural pada masyarakat Kalimantan Tengah. Kesadaran dan ketahanan kultural  menjadi pilar yang sangat kuat untuk membangun masyarakat yang berbasis kearifan lokal  di bumi Tambun Bungai…”.
Di Kalimantan Tengah sudah jelas terlihat hal-hal di atas, seperti adanya pameran pembangunan, lomba dayung tradisional, menyumpit, dan berbagai pentas budaya lainnya, seperti balogo, bagasing dll. Sebagai budaya lokal, dan kearifan pada PAUD tentu disesuaikan pula pada kondisi usia anak.

Kearifan Lokal Dalam Pilar Pembangunan
Setidaknya ada empat hal yang harus dimiliki dan disiapkan oleh seorang Kepala Daerah agar visi membangun dan mensejahterakan rakyatnya menjadi kenyataan khususnya dalam dunia pendidikan. keempat hal itulah yang disebut dengan 4 Pilar Pembangunan. Adapun empat pilar pembangunan karena dengan 4 hal ini diharapkan seorang kepala daerah dapat menjalankan perannya dalam membangun daerahnya bisa optimal. Sebagai berikut:
Pertama                     : Sumber Daya Manusia (SDM)
Pilar Kedua                : Kebijakan
Pilar Ketiga                : Sistem
Pilar Keempat           : Investasi
Untuk lebih jauh penjelasan ke 4 hal di atas, akan diuraikan secara sederhana dalam uraian berikut ini:

Pilar Pertama: SDM
Mengapa sumber daya manusia (SDM) yang diutamakan? Karena pada dasarnya manusialah yang menjadi pelaku dan penentu pembangunan itu, tentu ini, adalah manusia. SDM seperti apa yang diperlukan? Yaitu SDM yang memiliki: moral yang baik (good morality), kemampuan kepemimpinan (leadership), kemampuan manajerial (managerial skill), dan kemampuan teknis (technical skill).
Seorang kepala daerah perlu didukung oleh aparat yang mempunyai empat kualifikasi tersebut, diberbagai level jabatan & fungsinya. Sebaiknya dalam penempatan tenaga kerja tidak harus keluarga dekat. Karena merangkul keluarga ada efek negatif terhadap sudut pandang masyarakat luar. Apakah tidak ada yang lain. Syukur kalau berkualitas. Kalau tidak lihat ke depan, akan menjadi cemoohan banyak orang.
Moral yang baik menjadi prasyarat utama. Karena menurut: Hertanto Widodo (2009) adalah:“...tanpa moral yang baik, semua kebijakan, sistem, program maupun kegiatan yang dirancang akan menjadi sia-sia. Tentunya kita menyaksikan terjadinya krisis moneter yang dimulai tahun 1997 lalu, kemudian krisis ekonomi, krisis kepemimpinan, dan masih terus berlanjut yang hingga sekarang masih dirasakan dampaknya. Sebab utama terjadinya krisis itu, tidak lain adalah rendahnya moral sebagian pengambil kebijakan negeri ini…”. 
Moral yang baik akan menghasilkan sebuah pemerintahan yang bersih dari tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme demi kepentingan pribadi atau golongan tertentu saja. Saat ini tuntutan penerapan 3G (Good Government Governance) terus-menerus digaungkan oleh berbagai pihak. Penerapan prinsip-prinsip transparansi & akuntabilitas tanpa didukung oleh aparat yang bermoral baik, pada akhirnya hanya akan berhenti di tingkat wacana saja. Sebagai bukti banyaknya aparat pemerintahan yang terlibat menjadi perhatian KPK.
Oleh karena itu, sejak awal dilantik, seorang kepala daerah harus segera menyiapkan aparatnya dalam aspek moral yang bersih. Termasuk menjadikan dirinya sebagai teladan bagi semua bawahannya. 
Moral yang baik belumlah cukup, tapi juga harus diimbangi dengan kompetensi. Yaitu kemampuan di bidang kepemimpinan, manajerial, dan teknis. Untuk mencapai kompetensi yang diperlukan, tidak terlepas dari sistem kepegawaian yang diterapkan. Model manajemen SDM berbasis kompetensi nampaknya menjadi keniscayaan. Termasuk sistem kompensasi yang memadai harus menjadi perhatian.
Selain itu perlu didukung dengan perubahan paradigma, yaitu dari mental penguasa menjadi pelayan masyarakat. Termasuk budaya kerja yang proaktif & cepat tanggap terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat. Ini salah satu ciri SDM yang berkualitas. Selain itu, dalam menempatkan kebijakan dipendang perlu berwawasan kearifan lokal.

Pilar Kedua: Kebijakan
Maksudnya adalah berbagai konsep kebijakan yang berpihak kepada berbagai stakeholder, terutama kepentingan masyarakat luas. Secara formal, kebijakan tersebut akan dituangkan dalam peraturan tertentu.
Kepala daerah antara lain tentunya harus memiliki konsep pembangunan berkelanjutan & berkeadilan, konsep manajemen pemerintahan yang efektif & efisien, konsep investasi yang mengakomodir kepentingan pihak terkait, serta berbagai konsep kebijakan lainnya.
Hal ini sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004, yang mengamanatkan kepala daerah untuk menyusun RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), yang menjabarkan visi & misinya selama lima tahun masa pemerintahannya. Sehingga dengan demikian arah pembangunan sejak dilantik hingga lima tahun ke depan sudah jelas.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah antara lain jika pemerintah dapat memenuhi 5 kebutuhan dasar masyarakatnya, yaitu:
1.pangan;
2.sandang;
3.papan perumahan;
4.pendidikan; dan
5.kesehatan.
Selain itu kepala daerah harus mampu melihat suatu permasalahan secara komprehensif dan integratif, jangan sampai terjebak hanya melihat secara sektoral dan parsial, ataupun keuntungan jangka pendek.
Jangan sampai seorang kepala daerah tidak tahu harus berbuat apa. Jika demikian, pemerintahan akan berjalan tak tentu arah. Sehingga pada akhirnya, rakyatlah yang harus menanggung akibatnya. Karena bila pemerintah tidak punya perhatian yang kuat dalam pendidikan, maka dapat pula berdampak terhadap PAUD.

Pilar Ketiga: Sistem
Artinya pemerintahan harus berjalan berdasarkan sistem, bukan tergantung pada figur. Sangat penting bagi kepala daerah untuk membangun sistem pemerintahan yang kuat.
Beberapa sistem yang harus dibangun agar pemerintahan dapat berjalan secara baik antara lain:
1.sistem perencanaan pembangunan;
2.sistem pengelolaan keuangan daerah;
3.sistem kepegawaian;
4.sistem pengelolaan aset daerah,
5.sistem pengambilan keputusan, sistem penyeleksian dan
6.pemilihan rekanan,
7.sistem dan standar pelayanan,
8.sistem pengawasan.
Sistem yang dimaksud disini, dapat bersifat manual maupun yang berbasis teknologi informasi. Dukungan teknologi informasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan jika pemerintahan ingin berjalan lebih efisien dan efektif.
Penerapan sistem-sistem tersebut akan mendorong terjadinya 3G (Good Government Governance), yang pada akhirnya akan menghasilkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

Pilar Keempat: Investasi
Tidaklah mungkin suatu pemerintahan daerah hanya mengandalkan dana dari APBD untuk membangun daerahnya. Mengapa ? Karena bisa dikatakan, sebagian besar daerah menggunakan rata-rata 2/3 dana APBD tersebut untuk membiayai penyelenggaraan aparaturnya. Hanya sekitar 1/3 yang dapat dialokasikan untuk pembangunan.
Dibutuhkan dana ratusan milyar bahkan triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur, seperti pembangkit listrik, jalan tol, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, rumah sakit, hotel. Sedangkan infrastruktur merupakan syarat agar sebuah daerah dapat berkembang. Contoh lain adalah dalam rangka mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki, juga memerlukan dana yang tidak sedikit, yang tentunya tidak mungkin jika hanya mengandalkan dana APBD saja.
Dengan keterbatasan dana yang dimiliki tersebut, mau tidak mau pemerintah daerah harus melibatkan pihak investor (dalam maupun luar negeri) dalam membangun daerahnya. Kepala daerah harus dapat menciptakan iklim yang kondusif agar para investor tertarik untuk menanamkan investasi di daerahnya.
Setidaknya ada empat stakeholder yang harus diperhatikan kepentingannya saat kita bicara tentang investasi, yaitu pihak investor, pemerintah daerah, masyarakat, dan lingkungan. Investor tentunya berkepentingan agar dana yang diinvestasikannya menghasilkan profit yang memadai, ingin mendapatkan berbagai kemudahan dan adanya jaminan keamanan dalam berinvestasi. Pihak pemerintah daerah ingin agar Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) meningkat. Masyarakat berharap kesejahteraannya makin meningkat dan lapangan kerja makin terbuka. Lingkungan perlu diperhatikan agar tetap terjaga kelestariannya. Jangan sampai karena terlalu bersemangat, akhirnya secara jangka panjang terjadi pengrusakan lingkungan.
Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan dan model investasi yang dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan tersebut.
Demikianlah empat pilar pembangunan yang dapat dijadikan bekal bagi kepala daerah dalam memimpin daerahnya. Selamat berjuang dalam membangun pendidikan sejak dari anak usia dini.

Melirik Pembangunan Otonomi Daerah
Kebijakan pemberlakuan otonomi daerah membuat, setiap daerah memiliki kewenangan yang cukup besar dalam mengambil keputusan yang dianggap sesuai. Terlebih dengan pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung yang diselenggarakan sejak tahun 2005, membuat kepala daerah terpilih mendapat legitimasi lebih kuat, dibanding saat dipilih oleh anggota DPRD Kita sama maklum dengan pemilihan langsung itu, apakah pihak pemerintah ataukah calon telah mengeluarkan anggaran yang besar.
Penulis berasumsi dengan besarnya biaya yang dikeluarkan, saat pencalonan menjadi kepala  daerah membuat mereka yang terpilih pasti ada usaha untuk mengembalikan modal. Hal ini karena kurang menerapkan kearifan dan rendahnya pengetahuan/pengalaman dalam dunia pemerintahan. Maka sering pula anggaran daerah yang dirugikan. Sehingga menjadi temuan tim Pemeriksa Keuangan dan tidak sedikit pula mereka yang berakhir di kursi pesakitan. Karena anggaran daerah dengan minimnya pengalaman tadi, dianggap sebagai dana pribadi dan tidak tahu membedakan antara dana pemerintah dengan dana pribadi.  
Tentunya kepala daerah hasil pilkada langsung ini membuahkan harapan yang cukup besar bagi masyarakat, yaitu kesejahteraan yang akan makin meningkat. Tetapi harapan tersebut ternyata tidak mudah untuk diwujudkan. Kekuatan visi & kompetensi kepala daerah terpilih menjadi salah satu penentu, di samping faktor-faktor lain. Tantangan terberat bagi kepala daerah terpilih adalah melaksanakan visi, misi, dan janji-janji semasa kampanye, yang hampir semuanya pasti baik.
Setelah lahirnya UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pengganti UU 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kembali membawa perubahan besar dalam tatanan pemerintahan daerah.
Dengan terbitnya 2 buah UU di atas menurut: Nihin, (2005;14) bahwa: ”…perubahan yang cepat dimana belum lagi UU 22 1999 berjalan secara penuh dilaksanakan telah diganti UU 32 2004. hal ini tentu beralasan, karena terdapat ketidak jelasan pada bunyi UU-nya sendiri yang menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang pemberian otonomi kepada  daerah serta implementasi penyelenggaraannya. Atau terjadinya tuntutan atau penyelenggaraan otonomi yang kebablasan.  Tetapi juga terdapat hal yang justru berlawanan dengan makna otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan…”.

PAUD Naik Panggung
Dalam masa beberapa tahun terakhir, pendidikan anak usia dini naik panggung yang didukung adanya kebijakan sangat berpihak kepada PAUD. Sementara ia berada di lingkungan. pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal. Walau tergolong sangat baru, namun urut sebutannya didahulukan.

Akibat hal itu, Direktorat yang lebih dulu berdiri sepertinya ditinggalkan. Mudah-mudahan akan dapat disusun kembali sesuai dengan seneoritasnya.

1)  Abad 18
Sejarah menulis bahwa PAUD tempo doeloe diIstilahkan "Kindegarden” atau taman kanak-kanak baru dipakai Froebel tahun 1837 pemikiran untuk mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak telah ada jauh sebelum itu. Bebrapa tokoh penting seperti: Martin Luther, Comenius, Pestalozzi, Darwin dan Saguin memberi sumbangan yang tak ternilai untuk menyarankan agar anak laki-laki sebaiknya diberi pendidikan formal. Hal ini didasarkan atas penyataan:  Frost dan Kissinger (1976) bahwa:”... anak laki-laki pada saat itu, merupakan tulang punggung keluarga yang harus mampu menghidupi keluarganya, mendidik, membimbing dan mengarahkan anak-anaknya. Untuk itu  anak laki-laki sebaiknya bisa membaca, menulis, dan berhitung. Ia juga menyarankan agar musik dan olahraga di masukkan dalam kurikulum...”.
Tokoh lain adalah John Comenius (1592-1670) ia menginginkan agar semua anak usia dini ini, mendapat kesempatan belajar di sekolah. Idenya yang cemerlang dan masih dipakai sampai sekarang adalah kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum) dan kurikulum yang memberi kesempatan anak untuk belajar pengalaman langsung. Kurikulum yang terintegrasi tidak memisahkan bidang studi seperti matematika, sains, ilmu sosial, seni dan bahasa.
Charles Darwin (1959) menulis buku tentang The Origin of species dimana ia menyatakan bahwa setiap individu yang adaftif akan survive atau tetap hidup dan melanjutkan keturunannya. Oleh karena itu agar anak bisa tetap hidup maka ia harus berlatih beradaptasi dengan lingkungannya. Disamping itu, para pendidik perlu menyadari adanya perbedaan antar individu yang berdampak pada perbedaan cara belajarnya.
Jean jacques Rousseau (1712-1778) ia menuangkan pikirannya tentang PAUD dalam novelnya Emile. Ia menuangkan pendapat bahwa anak adalah:”...miniatur orang dewasa dan menyarankan agar anak di didik sebagaimana kodratnya...”. Ia berpendapat bahwa pendidikan sebaiknya di sesuaikan dengan usia anak. Menurutnya anak usia lahir sampai lima tahun belajar terbanyak melalui aktivitas fisiknya. Sementara anak usia lima tahun   sampai dua belas tahun belajar melalui pengalaman langsung dan melalui eksplorasi terhadap lingkungannya.

Johann Heinrick Pestalozzi (1747-1827) ia menyarankan:”...agar anak belajar dari benda-benda riil dan rekreasi serta bermain dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan TK. Pendidikan TK pada saat itu lebih bersifat keagamaan...”. Beberapa TK yang tercatat seperti Ammon School di Amerika Serikat dan Orbelin “Knitting Schools” di Francis masih menekankan pada pembelajaran membaca, terutama membaca kitab suci. Oleh karena itu Spondek, (1986) bahwa:”...taman kanak-kanak di amerika dibawah pengawasan tutor dan tes pemahaman anak didasarkan atas tingkat pemahaman...”.

   2)  Abad 19
Salah satu tokoh pendiri taman kanak-kanak yang tenar pada abad ini adalah Friedrich Wilheim Froebel (1782-1852). Froebel pernah belajar pada pertalozzi. Ia mendirikan kindegarten( kinder = anak dan garten = taman) di Jerman pada tahun 1837). Yang menarik dari sekolah froebel ini adalah adanya “gift” dan “occupation”. Gift adalah adanya benda-benda riil untuk sarana belajar anak. Benda tersebut memiliki bangun geometris yang beragam seperti: kubus, prima, bola dan kerucut sedangkan occupation adalah serentetan aktivitas yang urut. Contoh lain adalah: menata balok menjadi suatu bentuk bangunan. Froebel dilahirkan dari keluarga yang religius meskipun tidak sependapat dengan ayahnya yang mengajarkan agama secara dogmatik, konsep pendidikan anak yang ia tawarkan masih diwarnai oleh pemikiran yang religius. Ia berpendapat bahwa manusia merupakan pengejawantahan ide dari tuhan. Oleh karena itu tujuan pendidikan bagi dirinya adalah agar anak dapat memahami kesatuan antara dirinya dengan orang lain, dengan alam semesta dan dengan tuhannya. Ini adalah sebuah konsep yang disebut dengan: Kearifan Lokal dalam pembelajaran.  Tk model froebel ini terus memiliki pengaruh yang besar dan berkembang sampai awal seribu sembilan ratusan. Oleh karena itu, Froebel disebut sebagai Bapak taman kanak-kanak.
Robert owen (1771-1850) merupakan salah satu tokoh PAUD di Amerika serikat. Ia termasuk orang yang pindah ke new world. Tahun 1816 ia mendirikan sekolah The Institution for the formation of character di new lanark, scotlandia. Sekolah owen ini dalam beberapa segi memiliki kesamaan dengan sekolah froebel dan pemikiran pestalozzi yaitu menekankan agar anak belajar dari benda-benda konkrit. Owen lebih menekankan pada kegiatan empiris. Menurutnya ilmu pengetahuan di peroleh dari hasil interaksi anak dengan objek ia juga percaya bahwa sesuatu dikatakan benar bila sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh karena itu, ia menyediakan berbagai binatang, tumbuhan serta kunjungan kekebun binatang sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar di TK nya.

Perkembangan PAUD Sekarang
 Kita tahu di Indonesia, Pendidikan Anak Usia Dini menurut: Ramot Hutasoit (2012) adalah:”...masihlah tergolong sistem pembelajaran baru. Namun, perkembangannya cukup cepat dan telah menjadi salah syarat bagi anak usia dini untuk melanjutkan kesekolah dasar...”. Pendidikan Anak Usia Dini ini sangat membantu anak dalam perkembangannya baik jasmani maupun fisik seorang anak. Didalam PAUD anak didik dan dibina agar mereka memiliki kesiapan untuk melanjut ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi yakni Sekolah Dasar. Selain pembelajaran yang diberikan kepada anak, dalam PAUD anak juga bersosialisasi dengan teman sebaya melalui permainan  maupun belajar kelompok.
Melalui Pendidikan  Anak Usia Dini, anak pada zaman sekarang memiliki kemampuan berfikir dan berbicara yang jauh lebih baik dari pada anak pada zaman lampau. Hal ini sangat terlihat jelas di kehidupan kita sehari-hari dimana anak pada zaman ini, sangat cerdas dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan anak pada zaman sekarang sudah mengenal bahasa asing seperti bahasa inggris. Perkembangan sensoris dan motoris anak pada zaman sekarang  juga jauh berkembang lebih pesat dibanding anak-anak pada zaman yang lampau. Pendidikan Anak Usia Dini sungguh telah memberikan dampak yang besar bagi perkembangan dunia anak.
Memang Pendidikan Anak Usia Dini sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Namun, saat ini para pengajar di PAUD sering kali terlalu memaksakan anak dalam mengerjakan tugas dan membebani anak dengan materi: yang belum saatnya untuk dipahami anak.  Cara pengajar dalam menyampaikan pelajaran kepada anak terkadang terlalu sulit untuk dipahami anak  sehingga anak merasa bahwa sekolah itu bukanlah hal yang menyenangkan. Ketika anak menganggap bahwa sekolah itu tidak menyenangkan, maka ia akan memiliki rasa malas untuk bersekolah dan tidak ingin untuk bersekolah.
Untuk menghindari hal tersebut, makanya  seorang pengajar dapat mengajari anak-anak dengan cara yang lebih santai dan menarik minat anak. Salah satu cara yang baik dan efektif untuk seorang anak dalam proses belajar adalah dengan menyisipkan pelajaran ketika bermain atau bahkan memberikan pelajaran melalui nyanyian dan berbagai hal lainnya. Hal ini dikarena di usia anak-anak, bermain adalah hal yang paling sering dilakukan anak-anak. Sehingga pemberian pelajaran ketika anak bermain akan sangat gampang diterima anak karena anak merasa senang dan tidak tertekan.
Dengan demikian, Pendidikan Anak Usia Dini ini sangat baik diterapkan di Indonesia karena melaluinya anak-anak generasi penerus bangsa akan dibina dan ditempah menjadi anak yang cerdas dalam akademis maupun perilaku. Namun, hendaklah kita juga memperhatikan kesejahteraan anak melalui penyampaian pembelajaran yang  menyenangkan dan tidak memaksa anak. Dan tidak memaksa anak dengan materi yang tidak pada kelompok usia anak. Hal itu tentu berdampak kurang menguntungkan bagi mereka.

Perencanaan Masa Depan Anak

Perencanaan masa depan menurut : Pujianto (2014) adalah:”... hal yang penting, dan lebih baik bila dimulai sedini mungkin...”. Bagaimana mendidik anak Anda untuk merencanakan masa depannya? Di usia balita, seorang anak belum mampu untuk merencanakan masa depannya. Tetapi bukan berarti kita sebagai orang tua tidak dapat mengajarkan mereka untuk mulai merencanakan masa depan mereka. Salah satu yang dapat anda ajarkan di usia mereka adalah dalam mendidik sisi mental dan spiritual mereka, selain menjaga tubuh mereka sehat dan otak mereka cerdas.
Cara-cara untuk mendidik anak anda untuk siap menghadapi masa depannya yang lebih baik adalah sejak kecil mengajar mereka untuk berinteraksi dan bersosialisasi di dunia luar. Mulai dari lingkaran sosial terdekat seperti keluarga, dan perlahan mulai kembangkan dengan mengajak ia berinteraksi dengan teman sebayanya, maupun orang dewasa. Dengan cara ini, seorang anak akan terbiasa untuk bertoleransi dengan orang lain, mempunyai batasan untuk perilakunya (sehingga ia tidak bersikap kasar kepada orang lain), dan pada akhirnya, membantu anak anda untuk mencapai sukses di saat ia mulai dewasa.
Apa yang anda berikan dan ajarkan pada anak anda baik secara fisik, emosi, mental maupun spiritual menentukan apa yang akan mereka terapkam di dalam hidup mereka. Contohnya, bila Anda mengajar anak Anda dengan memberikan banyak pertanyaan untuk membantu kecerdasan otaknya, mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Bila anak Anda diajarkan untuk berdoa bersama Anda dan keluarga, mereka akan menaruh nilai di hal-hal spiritual.
Selain itu, Anda bisa mempersiapkan anak Anda untuk masa depan dengan membangun rasa percaya diri mereka. Untuk ini, sangatlah penting untuk mencoba hal-hal baru bersama. Selesaikan berbagai proyek berdua. Pasang musik yang membangun pada saat Anda bermain dengannya sebagai latar belakang. Perhatikan apa yang anak Anda sukai atau apa yang menarik perhatian mereka dan lakukan bersama-sama, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi anak-anak yang percaya diri dan siap menghadapi hidup.
Pada akhirnya, Anda akan sangat membantu anak Anda merencanakan masa depannya dengan memberikan contoh lewat hidup Anda sendiri.
Bila ia tumbuh dalam keluarga yang selalu merencanakan segala sesuatu dengan rapi, membiasakannya untuk selalu datang tepat waktu baik di pre-school maupun saat berkumpul dengan keluarga dan teman, dan selalu siap untuk segala keadaan, anak Anda pun akan belajar dengan sendirinya untuk selalu merencanakan segala sesuatu sejak dini .
Perkembangan PAUD Masa Datang
Secara prospektif kita sama-sama belajar dari kasus berita di Wonosari (KR)  Selain Guru Tidak Tetap (GTT) yang mengajar mulai dari TK hingga SLTA nasibnya tidak jelas, ribuan guru PAUD nonformal tingkat kesejahteraannya sangat memprihatinkan. Sejak bantuan dan Bank Dunia diputus, para guru ini tidak lagi mendapatkan honor tetap, tetapi hanya insentif dari APBN atau APBD yang ada, itupun belum seluruh guru menerimanya.
Seperti yang dialami Maryani, ia salah satu Guru PAUD di Kecamatan Semanu, kini tidak lagi memperoleh insentif dari APBD. Pada 2012 lalu masih memperoleh insentif dari APBD sebesar Rp 100 ribu/bulan. Mulai 2013 lalu, insentif diberikan lewat lembaga PAUD maksimal satu lembaga hanya 3 orang guru.
Hastuti, juga salah satu guru PAUD di Tepus mengaku sama sekali tidak memperoleh insentif dari APBD sehingga menjadi guru PAUD benar-benar hanya berjuang. "Saya paling hanya menerima Rp 25 ribu/bulan dari lembaga PAUD dari  iuran orang tua murid," ujarnya, Selasa (11/6/2012).
Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Drs Supriyadi MPd mengatakan, jumlah pendidik PAUD nonformal sebanyak 2.341 orang, dari 720 lembaga PAUD, yang sudah mendapatkan insentif dari APBN baru 400 guru, sebesar Rp 1,5 juta pertahun, sedangkan dari APBD Gunung kidul sebanyak 656 guru masing-masing Rp. 1,2 juta setahun.
Bantuan dari APBN berupa Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) untuk 300 lembaga PAUD besarnya sesuai dengan jumlah anak didik. Bagi yang jumlah anak didiknya kurang dari 15 anak hanya memperoleh Rp 3,6 juta/tahun, 16-25 anak sebesar Rp 6 juta dan lebih dari 30 anak sebesar Rp 7,2 juta/tahun. Sedangkan bantuan untuk insentif sebanyak 400 lembaga.








Semoga rasa duka guru PAUD tidak selamanya demikian. Hal itu, mengharap agar perencanaan pendidikan ke masa depan lebih baik dari masa lalu.

PAUD Berbasis Kearifan Lokal
Bila kita ingin memperhatikan lebih dalam tentang model ini, maka mengemas Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Budaya Lokal “Paseng/Pasang” pada Anak Usia Dini sebagai upaya menanamkan nilai-nilai luhur (Alempureng ~ kejujuran; Amaccang/Macca ~ cerdas; Sipakatau ~ saling menghormati) yang dituangkan oleh orang tua (leluhur) kepada generasi-generasi penerus, melalui pendekatan dengan memusatkan kegiatan pada anak yang dikemas melalui permaianan, elong-kelong (lagu-lagu), cerita-cerita/dongeng, serta ungkapan-ungkapan. Nilai-nilai yang patut diterapkan terhadap anak usia dini adalah nilai yang dekat dengan lingkungan anak serta yang mudah difahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menyadari dunia anak adalah dunia bermain, maka nilai-nilai yang dimaksud dikolaborasikan ke dalam program pembelajaran yang dapat dikemas dan diimplementasikan melalui:”... bermain, bernyanyi dan bercerita...”.
Peserta didik adalah anak usia dini yang berusia sekitar 4 s.d 6 tahun dan yang telah bergabung pada Lembaga Pendidikan Anak Usia dini (PAUD). Tenaga Pendidiknya harus professional, memiliki ijazah D-II PGTK dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi atau memiliki ijazah minimal SMA/sederajat serta memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/ kursus PAUD yang terakreditasi, memiliki kompetensi Kepribadian, Profesional, Pedagogik, Sosial, serta mampu mengkolaborasikan materi-materi/kegiatan-kegiatan anak yang terkait dengan unsur budaya lokal, baik melalui lagu-lagu, permainan, ungkapan-ungkapan dan cerita-cerita yang dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan. Tenaga Kependidikan dapat direkrut dari Pamong Belajar yang memiliki kompetensi Kepribadian, Profesional, Pedagogik, dan Sosial.  
Metode yang digunakan dalam model ini disesuaikan dengan materi yang akan disajikan, yang pada umumnya menggunakan pendekatan BCCT yang diimplementasikan dalam kegiatan bermain, bernyanyi, dan bercerita.

Penguatan Karakter PAUD
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas).
Penguatan Pembelajaran PAUD adalah kegiatan pembekalan pengetahuan dan peningkatan keterampilan bagi para pendidik PAUD di lembaga PAUD dalam menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini di lembaga PAUD yang dikelolanya.
Tenaga Pendidik yang harus disiapkan adalah seseorang yang memilik kemampuan untuk memberikan pelayanan pendidikan
kepada anak usia dini di lembaga.
Sedangkan Tujuan Penguatan Pembelajaran adalah meningkatkan pema haman dan keterampilan Tenaga Pendidik/Pengasuh di bidang pembelajaran yang tepat untuk anak usia dini

PAUD Kemasa Depan
Pada Undang-Undang Khusus yang mengatur tentang anak yaitu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 53 ayat (1): Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak telantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.
Implikasi undang-undang itu adalah anak dari keluarga tidak mampu akan mendapatkan biaya pendidikan secara cuma-cuma dari pemerintah. Permasalahannya, bagaimana pemerintah menyosialisasikan dan membuat masyarakat mudah mengaksesnya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sedang digalakkan di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Pendidikan anak memang harus dimulai sejak dini, agar anak bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal.
Itulah yang di alami oleh seorang guru Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah yang setara dengan sekolah dasar di ujung UTara Kabupaten Magelang karena kebetulan saya mengampu kelas satu.Siswa yang sebelumnya memperoleh PAUD akan sangat berbeda dengan siswa yang sama sekali tidak tersentuh PAUD baik informal maupun nonformal. Ibarat jalan masuk menuju pendidikan dasar, PAUD memuluskan jalan itu sehingga anak menjadi lebih mandiri, lebih disiplin, dan lebih mudah mengembangkan kecerdasan majemuk anak.
Fenomena yang terjadi di Kabupaten Magelang mulai tahun ajaran baru 2007-2008 pemerintah memperbolehkan anak masuk SD tanpa melalui TK. Anjuran tersebut harus dipertimbangkan lagi jika pemerintah ingin menyukseskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.
Darlan, H.M.Norsanie, 2002. Pengembangan Model Pelatihan Keterampilan Bagi Masyarakat Desa Tertinggal Kawasan Pesisir Pantai, Disertasi Doktor, UPI, Bandung.
------------, 2004. Pluralisme Masyarakat Kalimantan Tengah, Suatu Kenyataan, Makalah Seminar, Palangka Raya.
------------, 2011. Mengenali Pendidikan Karakter Dalam Proses Pengembangan Pembelajaran, FKIP Unpar, Palangka Raya.
------------, 2012. Pembangunan  daerah berbasis kearifan lokal (Huma Betang), seminar Nasional ini, yang beKerjasama antara Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Dengan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMP) Kamis, 2 Agustus 2012,  Ballroom Hotel Aquarius Palangka Raya.

Hidayat, Komaruddin,  1999. “Ormas Keagamaan dalam Pemberdayaan Politik Masyarakat Madani: Telaah Teoritik - Historis”, dalam komunitas, jurnal Pengembangan Masyarakat,  Volume 4, Nomor 1, Juni 1999. Jakarta.

Hutasoit, Ramot, 2012. Perkembangan PAUD Masa Kini, Jakarta.

Moelyono, Anthon, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diknas RI, Jakarta.

Nihin, H.A.Dj., 2005. Pemerintahan Untuk Membawa Kesejahteraan Rakyat, Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta.

Pujianto, 2014. Perencanaan Masa Depan Anak. Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta.

Dirjen PAUDNI, 2012. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
           Penguatan PAUD, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta.
Poerwadarminta, WJS, 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Sjamsuri, Leonardo A. 2010. Kariama Versus Karakter, UN, Yogyakarta.
Trisnamansyah, Sutaryat 2010, materi kuliah umum S-1 dan S2 PLS Unpar, Palangka Raya.
Sedyawati, Edi. 2007. Keindonesiaan dalam Budaya: Buku 1 Kebutuhan Membangun Bangsa yang Kuat: Wedatama Widya Sastra, Jakarta.
Sudjana, Djudju, 2004. Pendidikan Non Formal di Indonesia, Al-Falah, Bandung.
Shadily Hassan, 1980. Ensiklopedia Indonesia, Ichtiar Baru, Jakarta.
Widodo, Hertanto, 2009. 4 Pilar Pembangunan Otonomi Daerah, Otonomi daerah net.
 

Mau baca tulisan lainnya, silahkan buka pada alamat : http//norsanie.blogsport.com 





Jumat, 11 April 2014

Sebuah Makalah Dalam Paparan Pada Tokoh: Agama, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Adat




MENANTI MASA DEPAN GENERASI MUDA
YANG LEBIH SEJAHTERA

Oleh:
H.M.Norsanie Darlan
Guru Besar S-1 dan S-2 PLS Universitas Palangka Raya

Pendahuluan

Tulisan ini merupakan sebuah konsep ke masa depan generasi muda yang ingin maju menghadapi tantangan pembangunan bangsa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan sebuah Institusi di negera kita dalam upaya mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa dengan program pembangunannya tidak saja dalam hal kepemudaan. Tapi juga berbagai macam program pembangunan. Hal ini terbukti BKKBN bekerjasama dengan semua instansi pemerintah. Sejak dari tingkat pusat maupun daerah. Ini tidak dimiliki oleh Dinas, Badan dan Instansi lainnya.

Dalam paparan kali ini, penulis mencoba turut serta berpartisipasi dengan BKKBN setelah 15 tahun lebih tidak punya aktivitas karena melanjutkan pendidikan dan bekerja di Instansi lain yang baru setelah kembali ke kampus dan kenerima amanah dari Bapak Prof. dr.Fasli Jalan, Ph.D tanggal 1 Februari 2014 lalu, di Universitas Negeri Jakarta. Amanah kepala BKKBN ini adalah menyusun konsep bagaimana para calon pengantin turut serta dalam program Kependudukan dan Keluarga Berencana ini dapat ditanamkan kepada mereka yang akan memasuki masa perkawinan.

 

Tantangan Masa Depan

Berbicara tentang generasi muda kita harus ingat ketika mengikuti pelatihan kepemimpinan Pemuda beberapa bulan yang lalu, ketika itu pemuda yang terdiri dari para siswa dan siswi SMA/sederajat dikumpulkan di satu tempat untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan pemuda selama 3 hari 2 malam. ya tentunya banyak pengalaman menarik ketika di pelatihan tersebut.
Hidup ini, kepada setiap orang adalah tantangan kata salah seorang pembicara di forum seminar yang pernah kita ikuti, semakin banyak tantangan yang kita miliki maka semakin dewasalah kita, akan tetapi tantangan yang seperti apa ? tantangan yang bisa membuat kita semakin dewasa adalah tantangan yang datang sendirinya yang mana kita bisa menyelesaikan tantangan tersebut dengan lancar dan baik tampa ada perseteruan antara satu pihak dengan pihal lainnya.

Kita sebagai generasi muda Indonesia harus bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi tantanggan masa depan yang sangat besar, mengapa bisa aku ketakan demikian, bisa dilihat semakin hari semakin banyak permasalahan yang terjadi di bumi pertiwi ini, korupsi berkembang merajalela, keadilan yang sangat diharapkan oleh rakyat semacam tidak ada yang mau tau, di sektor pendidikan generasi muda Indonesia telah banyak terpegaruh oleh dunia luar yang lebih mementingkan kesenangan di masa muda dari pada belajar untuk masa depan yang cerah.
Saat ini bisa kita lihat telah banyak generasi muda kita yang tercandu dengan narkotika, yang mana narkotika tersebut memiliki efek besar dalam kehancuran generasi muda, dan juga ada sebagian generasi muda kita yang telah terjerumus oleh Free Sex (Sex bebas) bisa kita lihat di pemberitaan media akhir akhir ini, siswa SMP saja telah melakukan hal tersebut bagaimana besarnya, itu adalah sebagian tantanggan yang telah mulai kita rasakan para generasi muda
PersiaPkan diri kita mulai dari saat ini, dalam menghadapi tantangan masa depan telah menanti kita, jangan sampai tantangan dimasa depan bisa menghancurkan negeri ini, segala sesuatu itu perlu adanya persiapan, begitu juga kita sebagai generasi bangsa Indonesia yang harus bisa mempersiapan diri dalam menjawab tantangan masa depan yang sangat besar.
Menurut para ahli, tantangan besar bisa kita lewatkan dengan satu hal yang sangat penting, itu adalah kebersamaan para generasi muda, yaitu kita kita sekarang yang masih duduk di bangku sekolah, masa depan negeri ini ada ditanggan kita bukan ditanggan orang lain, sangat malu rasanya jika nanti di saat kepemimpinan kita (para generasi muda) Indonesia ini terpuruk,itu adalah hal yang sangat memalulan. sejarah mencata para pendahulu kita yakni para pahlawan pahlawan negeri ini mempertahankan NKRI ini hingga tetes darah terakhir, mereka rela nyawa mereka hilang ditembak oleh para penjajah.
Generasi muda adalah calon penerus bangsa, hal itu selalu ku ingat, aku ingin di masa depan dimasa kepemimpinan kita para generaasi muda, negeri ini bangsa ini bangsa Indonesia bebas dari yang namanya permasalahan permasalahn besar, seperti korupsi, kemiskinan, sesejahtraan rakyat yang sangat minim, dan lain sebagainya.. aku  ingin dimasa depan nanti Indonesia bisa menjadi negara berkembang, yang rakyatnya bebas dari kemiskinan, pengangguran, kesenganan sosial, dan yang nomor 1 itu adalah bebas dari koruptor. 
Mari mulai saat ini kita persiapkan diri untuk menuju masa depan yang penuh tantangan, bersama kita bisa katakan "Aku cinta Indonesia karena indonesia adalah bagian dari hidupku" tanamkan rasa cinta sedalam dalamnya untuk Indonesia, masa depan Indonesia di tanggan kita dan mari kita para generasi muda teriakan.

"Generasi muda siap menjawab tantangan masa depan"
 Tantangan masa depan pasti datang, akan tetapi kita jangan pernah khawatir selama kita telah mempersiapkan segala sesuatu dengan matang, termasuk mempersiapkan diri dalam menjawab tantangan masa depan yang kira hadapi sangat besar, aku yakin generasi penerus bangsa ini bisa menjawab tantangan tersebut jika, kita saling bahu-membahu, jangan pernah katakan menyerah selama nyawa masih dikandung badan.
       
kalau kata melirik sejarawan "bangsa yang baik itu adalah bangsa yang merhargai sejarahnya" kalau kata saya "generasi muda yang baik adalah generasi muda yang siap menjawab tantangan masa depan" salam SUKSES buat semua generasi muda indonesia dari sabang sampai maroke, kita semua satu nusa, satu bangsa mari kita menjawab tantangan masa depan.  
Tiga Tantangan Generasi Muda
Menurut Darlan (2011) bahwa ada 3 (tiga) tantangan yang dihadapi para pemuda generasi muda  dewasa ini, yang ternyata tidak sebatas pada kaum muda saja yang merasakannya. Tapi orang tuapun juga merasakan hal itu. Ke 3 hal tersebut di atas adalah:
1.Tantangan masuk sekolah;
2.Tantangan masuk Perguruan Tinggi; dan
3.Tantangan masuk lapangan kerja.
Untuk lebih jelasnya ke 3 hal di atas, secara sederhana akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:

Tantangan masuk sekolah
Sejak akhir tahun 70-an sudah melaui bermunculan satu-persatu di daerah yang menginformasikan bahwa tahun demi tahun anak usia sekolah dirasakan untuk masuk sekolah apakah sekolah dasar ataukah SLTP mapun SLTA ternyata jumlah kursi tidak sebanding dengan jumlah anak yang mau masuk sekolah. Hal ini pasti jauh berbeda.  Dengan kata lain daya tampung sekolah mulai kurang. Sementara penambahan setiap tahun sepertinya tetap tidak terbendung. Sekolah-sekolah swasta dengan tampil seadanya pun di daerah tertentu, juga dengan sangat banyak masih ada yang tak tertampung. Ini sebuah akibat ledakan penduduk masa lalu.
Dalam istilah lain adalah, “Sejak lama di negeri ini”, masuk sekolah ”para calon murid” sudah mendapatkan tantangan yang terkadang di perkotaan terdapat komentar masyarakat ”siapa berduit, ialah yang bakal dapat” dalam meraih pendidikan anaknya yang lebih baik dan kualitasnyapun tidak diragukan.
Namun kita sama maklumi bersama bahwa masyarakat pemukimannya tidak menumpuk di perkotaan. Melainkan mereka sebagian besar penduduk negeri ini, bertempat tinggal di pedesaan. Kita sama maklumi  tidak seluruh desa terlebih masa lalu terdapat sekolah dasar. Sehingga tidak menutup kemungkinan ada warga masyarakat kita yang karena sesuatu dan lain hal selama hidupnya, tidak sempat mengenyam atau menikmati dunia pendidikan formal. Atau bersekolah.
Fasilitas pendidikan di atas tidak saja untuk sekolah dasar. Padahal wajib belajar kita tidak lagi Wajar 6 tahun. Tapi sudah bergeser ke 9 – 12 tahun. Sementara gedung SMP dan SLTA belum juga tersedia hingga anak mau belajar ke SMP dan SLTA terkendala. Hal ini menuntut agar kita dapat memikirkan bersama masalah tersebut. Karena kesempatan pendidikan yang ada di negeri kita disebabkan fasilitas pndidikan yang masih dirasakan kurang. Dipihak lain menurut M. Saad Arfani (2011) ia mengungkapkan bahwa: ”...jauhnya sekolah jadi penyebab anak-anak pedesaan tak melanjutkan pendidikan...”. kalimat di depan sungguh di temukan di mana-mana baik di daerah kita maupun di daerah lain.



Anak Usia Sekolah mengais rezeki dari sampah,
apakah mereka sudah sekolah
Hal seperti di atas, tidak saja dirasakan di pedesaan. Tapi di perkotaan sekalipun penduduk kita yang fasilitas pendidikan sudah dianggap mendekati cukup, namun masih ditemukan penduduk kota yang belum berkesempatan mecicipi pendidikan formal. Sehingga pemulis berasumsi tidak tuntas pendidikan ini, kalau hanya dipikirkan dan di fasilitas Cuma pada pendidikan formal. Peran pendidikan non formal, ternyata sangat penting, namun  karena ketidak mengertian, ketidak fahaman mereka yang didudukkan pada bidang pendidikan non formal. Maka hal-hal di atas, tidak bisa dituntaskan. Alasan yang penulis asumsikan adalah mereka yang ditempatkan pada Subdin/Bidang pendidikan non formal masih tidak profesional. Penempatan sarjana “...atau tenaga yang bukan ahlinya, tunggu kehancurannya...”.

Tantangan Pemuda masuk Perguruan Tinggi
Kalau kita melihat mulai munculnya istilah: “UMPTN” yang kepanjangannya adalah Ujian masuk perguruan tinggi negeri ini, digulir juga sejak tahun 80-an juga. Yang terkadang anak lulusan SLTA yang mau masuk perguruan tinggi tujuan Bandung, ternyata tes-nya lulus di Palangka Raya. Kenapa demikian seperti uraian ini masyarakat turut berpartisipasi menyelenggarakan pendidikan tinggi. Ternyata perguruan tinggi swasata tidak masuk UMPTN sehingga dengan tidak diperkirakan sebelumnya ia harus kuliah di Unpar-Universitas Palangka Raya. Karena di kota Bandung juga ada perguruan tinggi diberi nama Unpar. Tapi punya yayasan swasta.
Dengan seleksi yang relatif ketat disertai beratnya persaingan, 1 berbanding 15 maka tidak menutup kemungkinan calon mahasiswa yang kapasitasnya bila dibawah standar dengan sangat menyesal terpaksa harus tidak lulus pada jurusan/program studi pilihannya. Karena dengan system seleksi sekarang calon dari sumatera utara, Aceh, Papua, Sulawesi dan berbagai provinsi di Jawa dengan mudah lulus di Unpar. Sementara putra daerah, hanya gigit jari. Karena ada dugaan standar pendidikan yang ada di provinsi kita relatif rendah. Mudah-mudahan mulai terjadi perbaikan masa sekarang dan masa datang. Sehingga standar kita sama dengan kawasan yang lebih maju.
Kita sama maklumi bahwa dalam 20 tahun terakhir, sudah dirasakan di tanah air kita bahwa tes masuk perguruan tinggi negeri sungguh dirasakan betapa sulitnya. Namun seleksi ini, semakin tahun semakin tambah berat. Sehingga upaya memberikan berbagai pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal pada lembaga kursus pada bidangnya oleh orang tua kepada anaknya sungguh memberatkan biaya. Terlebih biaya yang diperlukan. Ada kalanya sang anak kurang perhatian, tapi orang tuanya justru sibuk mendaftar anak untuk kursus itu dan ini, dengan tujuan bahwa anaknya berhasil lulus dalam seleksi masuk perguruan tinggi.

Tantangan masuk lapangan kerja
Kaum generasi muda dewasa ini menghadapi masa sulit, sebagai akibat ledakan pendudukan di negeri kita masa lalu sangat tinggi. Hal itu memberikan efek negatif kepada generasi mncari kerja dimasa sekarang.
Selain hal di atas, bergulirnya era reformasi, yang selama ini, kurang mendukung terhadap kebijakan masa lalu. Ebagai contoh yang sdr boleh perhatikan. Kebijakan masa lampau, dinas pendidikan yang doeloe disebut Kantor Wilayah Pendidikan. Kepala Katornya paslu lulusan ”alumnus” IKIP atau FKIP. Dewasa ini ternyata dapat diduduki oleh bukan kesarjaan itu. Sehingga pastilah ada bagai perahu layar putus kemudi. Contoh lain dengan kebebasan dewasa ini, bisa terjadi juga kepala Rumah Sakit dipimpin oleh bukan dokter. Kepala Kejaksaan bisa dipimpin oleh orang yang bukan Sarjana Hukum. Jika hal itu terjadi, apa yang bakal terjadi. Ini sebagai bukti derasnya arus reformasi.
Sekarang bagaimana dengan tantangan pada sarjana sekarang. Ada dugaan kemudahan yang muncul dari pihak penentu kebijakan, seperti: penerimaan calon pegawai negeri diusulannya sangat tidak sesuai dengan tenaga kerja pada bidang-bidang yang ada di instansi yang di pimpinnya. Karena ada indikasi untuk menolong keluarga

Tantangan Harga Diri
Dalam menghadapi perkembangan dunia lebih dekat. Sehingga setelah ia masuk, apa yang harus ia kerjakan. Karena KKN-nya sudah bisa kemunculkan Korupsinya.


Menjauhi perbuatan tercela dan kebiasaan di masyarakat yang bersifat negatif seperti:
Menghindari 5 M + 1 P untuk lebih jelasnya adalah:
  1. Minun;
  2. Main;
  3. Madat;
  4. Madon;
  5. Maling dan;
+   Polisi
Jika bisa mengajak sesama pemuda, remaja untuk tidak berbuat 5 M di atas, maka pemuda itu bisa disebut juga sebagai seorang pemuda pelopor.

Selangkah ke hadapan, Menanti masa depan

Di bagian ini sebuah cerita tentang pengamalan seseorang terhadap sebuah peristiwa pada dirinya yaitu: semalam genaplah usiaku menjangkau 31 tahun. Aku menerima lebih 40 ucapan dan doa sempena tarikh kelahiranku semalam daripada rakan kenalan yang dihantar melalui media sosial, Facebook. Tidak kurang juga yang mengucapkan "Selamat Hari Lahir" melalui mesej secara personal di Facebook, Whatsapp dan sistem pesanan ringkas (sms).
Walaupun tiada sambutan diadakan, maupun hadiah istimewa diterima, tetapi saya bersyukur kerana masih ramai rakan dan kenalan yang mengingati dan ringan jari untuk memberi ucapan khas untuk kelahiranku. Ia merupakan satu daripada kesan media sosial, Facebook, yakni dapat berhubung melalui alam maya dan boleh mengetahui tarikh (sejarah) kelahiran rakan kenalan kita.
Disaat nyawaku masih berfungsi, nadiku masih berdenyut, nafasku masih menghembus, akalku masih waras, dan pancainderaku masih sempurna, aku ingin mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada sahabatku, Sdra Mohd Nizar Hamild dan isteri beliau, Sdri Kasmah Sulo kerana sudi meluangkan masa untuk meraikan hari kelahiranku di sebuah restoran di bandar Tawau semalam. Walaupun ianya ringkas tetapi ia begitu bermakna bagi aku.
Sebenarnya, aku tidak kisah samada kedatangan tarikh kelahiran ini diraihkan atau tidak. Pun begitu, sejak umur meningkat ini, semacam ada rasa ingin diri ini hargai dan diingati. Mungkin ianya normal. Terima seadanya.
Sekali lagi aku ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua rakan, kenalan, sahabat handai dan keluarga yang menyokong perjalanan hidupku yang baru bermula ini. Secebis kasih, cinta dan sayang ku berikan kepada kalian semua. Semoga apa yang didoakan oleh kalian itu dimakbulkan oleh Allah S.W.T. Insya ALLAH, melangkah ke satu lagi tangga usia baharu tentunya ada matlamat dan objektif kehidupan yang perlu dipenuhi. Usaha, tekad dan iltizam berterusan tanpa putus asa akan diteruskan demi mencapai matlamat dan objektif agar kejayaan dapat dikecapi. Insya ALLAH.

Mutu Pendidikan dan Daya Saing Bangsa
Setiap bangsa tentu mempunyai visi tentang masa depan. Visi itu biasanya tergambar pada berbagai rencana strategis yang telah ditetapkan. Tetapi gambaran masa depan yang ada dalam rumusan visi pengembangan tetap saja tidak cukup untuk meyakinkan satu bangsa tentang masa depannya, karena ketepatan dan keterwujudan satu visi sangat tergantung pada agenda-agenda pengembangan yang menyertainya, dan efektifitas dari agenda-agenda tersebut sangat ditentukan oleh validitas data, ketepatan perhitungan, dan akurasi prediksi. Salah satu cara yang sangat mudah untuk memprediksi masa depan satu bangsa adalah dengan berkaca pada sistem pendidikannya. Melihat dan memahami sistem pendidikan satu bangsa sama halnya dengan meneropong masa depan bangsa tersebut. Apa yang terjadi hari ini dalam sistem pendidikan satu bangsa mencerminkan apa yang akan terjadi pada bangsa tersebut di masa yang akan datang.
Bangsa yang memiliki sistem pendidikan bermutu dapat diperkirakan akan menjadi bangsa yang kuat dan berdaya saing tinggi. Sebaliknya, bangsa yang sistem pendidikannya tidak bermutu dapat diperkirakan akan menjadi bangsa yang lemah. Dengan sistem pendidikan bermutu, satu bangsa tidak hanya mampu mengubah peruntungannya untuk menjadi bangsa yang lebih baik, tetapi juga akan mampu mengubah dunia. “Education,” kata Nelson Mandela, “is the most powerful weapon which you can use to change the world.”  Sebaliknya, bangsa yang sistem pendidikannya amburadul atau karut marut akan menjadi bangsa pesakitan, tanpa keunggulan, martabat, dan kedaulatan. Bangsa seperti ini akan selalu kalah sebelum berperang dan gampang dijajah oleh bangsa-bangsa lain. Jangankan mengubah dunia, bangsa seperti ini tidak akan mampu mengatasi masalahnya sendiri.
Sistem pendidikan yang bermutu akan melahirkan generasi muda bangsa yang bermutu pula, yaitu generasi muda yang beriman, berilmu, dan berkarakter, yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, memahami berbagai permasalahan yang dihadapi bangsanya, dan memiliki komitmen serta kompetensi tinggi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi bangsanya. Generasi muda bermutu akan menjadi bagian dari pemecahan masalah (part of problem solvers) bagi bangsanya. Pada saatnya, generasi muda bangsa yang beriman, berilmu, dan berkarakter akan menjadi pemimpin yang visioner dan mampu menginspirasi bangsanya untuk terus bekerja keras dan cerdas, dengan penuh semangat, motivasi, komitmen, dan disiplin tinggi. Mereka akan menjadi agen perubahan (agent of change) dan lokomotiof pengembangan bagi bangsanya menuju destinasi masa depan yang lebih baik, sebagai bangsa yang unggul, berdaulat, bermartabat, dan berperadaban tinggi.
Sebaliknya, sistem pendidikan yang tidak bermutu akan melahirkan generasi muda bangsa yang tidak bermutu pula, yaitu generasi yang tidak beriman, tidak berilmu dan tidak berkarakter. Generasi muda seperti ini tidak punya visi yang jelas tentang masa depan bangsanya. Mereka tidak memahami siapa dirinya, permasalahan bangsanya, dan apa yang harus dilakukan untuk bagsanya. Mereka akan selalu menjadi bagian dari masalah (part of the prolems). Ketika kelak menjadi pemimpin, generasi bangsa yang tidak bermutu akan menjadi pemimpin yang selalu ragu, cemas, dan berkeluh kesah, karena tidak memahami apa yang terjadi, tidak tahu pasti apa yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan, dan selalu tidak siap menerima resiko dari keputusan dan tindakannya. Para pemimpin seperti ini tidak akan mampu menjadi penyemangat dan inspirator bagi bangsanya untuk maju dan berubah. Mereka hanya akan berkeluh kesah, saling menyalahkan, dan meratapi setiap permasalahan. Mereka tidak punya landasan idiil untuk menatap masa depan bangsanya. Mereka tidak punya karakter untuk secara disiplin, konsisten, adil, dan bertangung jawab memperjuangkan kepentingan bangsanya. Mereka tidak punya agenda strategis untuk mengubah peruntungan bangsanya. Pada saatnya para pemimpin seperti ini hanya akan mewariskan bangsa yang “penakut,” “peniru,” dan “pengekor,” yang masa depannya ditentukan atau didikte oleh bangsa lain, sehingga lambat laun akan menjadi bangsa yang “tergadai” dan “terjajah.”
Hubungan antara mutu sistem pendidikan kita hari ini dan masa depan bangsa kita sangatlah jelas dan akan terbukti. Hubungan tersebut dilandasi oleh logika yang sangat sederhana, bahwa pendidikan bermutu akan melahirkan SDM bermutu pula, dan SDM bermutu dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa, dan untuk membangun peradaban bangsa. Dengan logika tersebut, jelaslah bahwa pendidikan yang bermutu adalah elan vital bagi kemajuan satu peradaban. Bangsa-bangsa berperadaban tinggi adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem pendidikan sangat bermutu. Membangun sistem pendidikan bermutu adalah satu-satunya cara untuk membangun bangsa yang kuat dan berperadaban tinggi.

Pendidikan sebagai Prioritas Utama
Bagi para pemimpin yang visioner dan memiliki karakteristik kenegarawanan, kepentingan pendidikan adalah hal yang paling utama. Pendidikan menjadi “panglima” dalam agenda-agenda besar mereka, selalu menjadi prioritas utama dalam kebijakan-kebijakan mereka. Visi ini dimiliki oleh banyak pemimpin di dunia, antara lain Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris. Setiap kali ditanyakan tentang prioritas utamanya, pria yang memiliki nama lengkap Anthony Charles Lynton Blair ini selalu menjawab: "Education, education, education." Selama menjadi Perdana Menteri Inggris, Blair menambah dana pendidikan, memperbaiki dan mengupgrade sarana dan prasarana pedidikan, mengintegrasikan TIK dalam sistem pelayanan pendidikan, meningkatkan jumlah tenaga pendidik dan kependidikan dan menaikkan gaji mereka.
Pada masa kepemimpinan Tony Blair, jumlah penambahan tenaga pendidik dan kependidikan di Inggris melebihi jumlah penambahan tenaga kerja dalam bidang militer. Pada masa itu, hampir 75% dari pekerja di Inggris adalah tenaga pendidik dan kependidikan, sehingga rasio guru-murid di Inggris menjadi satu berbanding 11, jauh lebih baik dari rasio guru-murid di negara-negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat, dimana rasio guru-murid adalah satu berbanding 24. Meskipun belum sepenuhnya berhasil meningkatkan prestasi anak-anak di Inggris dan mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di negaranya, komitmen dan kemauan politik Tony Blair untuk kemajuan pendidikan patut diapresiasi dan diteladani.
Visi pendidikan Blair juga dimiliki oleh para pemimpin dunia lainnya. Mantan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, misalnya, menegaskan bahwa satu-satunya cara bagi satu bangsa untuk dapat bersaing di abad ke-21 ini adalah dengan membangun sistem pendidikan yang bermutu. Dalam ungkapan beliau: “You see, we’ll never be able to compete in the 21st century unless we have an education system that doesn’t quit on children, an education system that raises standards, an education that makes sure there’s excellence in every classroom.” Bagi Bush, membenahi sistem pendidikan adalah langkah awal sebagai titik tolak bagi langkah-langkah berikutnya untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa. Dia mengatakan: “Think about every problem, every challenge, we face. The solution to each starts with education.” Berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang melanda satu bangsa, seperti kemiskinan, keputusasaan, kepasrahan, dan ketidaksabaran, dan kebodohan, umumnya bermuara pada satu hal, yaitu sistem pendidikan, sehingga hanya dapat diatasi melalui penataan sistem pendidikan dan meningkatkan efektifitas lembaga-lembaga pendidikan. “He who opens a school door,” kata Victor Hugo, “closes a prison”.
Ada hubungan yang erat antara sistem pendidikan dan sistem politik di satu negara. Sistem pendidikan akan mewarnai sistem politik, dan begitu juga sebaliknya, sistem politik akan mewarnai sistem pendidikan. Realitas sistem pendidikan satu bangsa adalah refleksi dari realitas sistem politiknya, dan realitas sistem politik satu bangsa adalah refleksi dari sistem pendidikannya. Karut marut kehidupan politik adalah bukti paling autentik dari kegagalan sistem pendidikan, dan karut marut sistem pendidikan adalah bukti autentik dari kegagalan sistem politik. Pendidikan dan politik bahu membahu membentuk karakter satu bangsa dan mewarnai masa depannya. Bersama-sama, pendidikan dan politik membentuk dan mewarnai cara berpikir, bersikap, dan bertindak satu bangsa. Wajah bangsa kita hari ini adalah refleksi dari wajah pendidikan dan politik kita pada masa lalu, dan wajah bangsa kita di masa yang akan datang dapat kita bayangkan pada wajah pendidikan dan politik kita hari ini.

Nilai Strategis Pendidikan
Ada 6 nilai strategis yang membuat pendidikan begitu penting bagi satu bangsa dan menentukan masa depannya:
Pertama, pendidikan adalah katalisator untuk mengubah informasi menjadi ilmu pengetahuan, baik pengetahuan yang ada dalam buku-buku teks, maupun pengetahuan yang ada dalam kehidupan. Pendidikan mengingatkan kita bahwa segala sesuatu ada ilmunya, dan dengan ilmu, kita dapat melakukan pencerahan (enlightenment) dan membuat setiap individu memiliki rasa percaya diri (self confidence) untuk mengambil setiap keputusan, menghadapi kehidupan, dan untuk menerima keberhasilan dan kegagalan. Ilmu pengetahuan adalah kekuatan (knowledge is power) yang dapat menjadi senjata pamungkas untuk menaklukkan medan kehidupan menuju masa depan. Kekuatan dan daya saing satu bangsa tidak ditentukan oleh uang dan senjata, tetapi ditentukan oleh mutu sistem pendidikan dan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa yang menguasai dunia saat ini dan akan menguasai dunia pada masa yang akan datang, bukanlah bangsa yang memiliki persenjataan lengkap, tetapi bangsa yang memiliki sistem pendidikan bermutu tinggi dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kedua, pendidikan adalah jendela dunia (window of the world). Pendidikan menuntun kita untuk menjelajah, memahami, dan memaknai dunia di sekitar kita. Dari penjelajahan, pemahaman, dan pemaknaan itu kita akan mendapatkan perspektif untuk menjalani kehidupan dan mengembangkan pemikiran serta pandangan tentang hal-hal yang ada dalam kehidupan kita. Dalam konteks ini, pendidikan membuat kita memiliki kemampuan untuk menginterpretasi berbagai hal yang ada di sekitar kita dengan benar. Pendidikan yang baik menjauhkan kita dari berbagai illusi dan menghapus semua bentuk keyakinan yang salah dalam pikiran kita. Pendidikan membantu kita menciptakan gambaran yang jelas dan menghapus kebingungan kita tentang segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Pendidikan mengungkap berbagai pertanyaan dan juga membantu kita mendapatkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Ketiga, pendidikan adalah jendela kesempatan (window of opportunities). Pendidikan mengembangkan potensi diri kita dan membekali kita dengan berbagai kompetensi dan karakter yang kita butuhkan untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Kompetensi dan karakter secara bersama-sama membuka pintu-pintu kesempatan bagi kita untuk menentukan dan mengembangkan karir, dalam rangka merenda masa depan yang kita inginkan. Semakin baik dan strategis pendidikan yang kita dapatkan, maka akan semakin baik dan strategis pula jendela kesempatan yang terbuka untuk kita. Semua jenis pekerjaan membutuhkan orang-orang yang terdidik (well-educaed), yaitu orang-orang yang berilmu (knowlegable), terampil (skillful), kreatif, innovatif, dan berkarakter. Menurut Jean Piaget (1896-1980), seorang ahli psikologi kognitif (cognitive psychologist) asal Swiss,the principal goal of education is to create men who are capable of doing new things, not simply of repeating what other generations have done” (tujuan utama pendidikan adalah utuk menghasilkan manusia yang mampu mengerjakan sesuatu yang baru, tidak hanya mengulang apa-apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya).
Keempat, pendidikan adalah sarana mobilitas sosial. Semua bentuk kualifikasi, kompetensi, dan prestasi yang diraih melalui pendidikan adalah energi positif yang akan mendorong seseorang ke posisi sosial tertentu. Pendidikan yang baik akan memberikan kompetensi keilmuan dan ketrampilan yang baik, lalu kompetensi keilmuan dan keterampilan yang baik akan membuka kesempatan bagi pekerjaan atau profesi yang lebih baik, pekerjaan atau profesi yang lebih baik tentu saja menjanjikan insentif atau kepercayaan (trust) lebih baik pula, dan tingkat pengakuan yang terus meningkat akan menaikkan status sosial.  
Kelima, pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia (basic human needs). Setiap warganegara membutuhkan pendidikan dan harus diberi akses pendidikan (education for all), dan semua komponen bangsa harus berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan (all for education). Mengabaikan hak-hak pendidikan warga negara dan tidak memberikan kontribusi apapun dalam kegiatan pendidikan adalah sebuah tindakan yang egois dan tidak bertanggung jawab. Jika kebutuhan pendidikannya dipenuhi, maka rakyat akan siap untuk berubah dan membangun. Sebaliknya, jika kebutuhan pendidikannya tidak terpenuhi masyarakat tidak akan siap untuk berubah, apalagi membangun. Masyarakat yang tidak terdidik akan mudah frustasi, pemarah, dan cenderung apatis terjhadap lingkungannya.
Keenam, pendidikan adalah peta jalan (road map) menuju masa depan. Setiap individu, masyarakat, dan bangsa membutuhkan pendidikan sebagai peta jalan (road map) untuk menyongsong masa depan. Pendidikan membuka mata kita tentang corak masa depan yang bagaimana yang seharusnya kita wujudkan, mengapa kita harus menuju ke sana, jalan mana yang harus kita tempuh untuk tiba di sana, dan bagaimana atau dengan kendaraan jenis apa seharusnya kita menuju ke sana.

Berani Menatap Masa Depan

Ada beberapa sebagian orang yang ketika berhadapan dengan tahun yang baru, biasanya akan membuat semacam resolusi atau impian yang ingin diwujudkan. Namun ada juga beberapa yang menganggap biasa-biasa saja. Iyaah, memang itu semua bergantung pada masing-masing orang. Tapi kalau saya sih sebenarnya sependapat dengan orang-orang yang mau membuat semacam target atau resolusi seperti itu. Tujuannya iyaa mudah-mudahan dengan begitu setiap tahunnya nanti akan ada perubahan yang lebih baik pada diri kita. Kan bagus tuh, bisa untuk jadi motivasi + bahan untuk evaluasi diri.
Nah, disaat ada waktu luang kitapun iseng-iseng nyoba belajar desain poster. Sebenarnya ini pun karena waktu itu saja ada dimintain tolong buat poster untuk tugas kampus temen. Abis dari situ saya malah jadi pengen juga buat poster untuk saya sendiri. Dan berikut ini dia hasilnya :
Konsepnya adalah disitu kita sedang berpikir serius dan seolah-olah sedang menatap sesuatu. Echeknya mari bila kita sedang membayangkan tentang masa depan begitu. Sekiranya di tahun 2014 ini nanti perjalanan bagaimana yang akan saya perjuangkan. Secara garis besar, yang saat ini saya rasa benar-benar menjadi bagian dari passion saya adalah dua hal, yaitu Dunia Entrepreneur dan Ilmu Design.

Walaupun saya belum begitu ahli di bidang yang dua itu, tapi setidaknya saya punya beberapa target untuk bisa berhasil disitu nantinya. Semampunya saya akan mencoba terus belajar dan belajar. Tentu juga sambil dibarengi dengan praktek, praktek dan praktek. Masalahnya, kedua bidang itu memang terlepas dari ilmu yang sedang saya pelajari di bangku kuliahan. Mungkin agak gak nyambung juga kan saya anak Teknik Listrik.
Tapi kalau saya pikir-pikir sih gak ada salahnya. Pun kalau kita memang merasa punya kemampuan lain yang juga menonjol, gak mungkin dipendem-pendem terus kan? Bagi kita sebenarnya Pendidikan Formal itu bukan lah segalanya. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita untuk bisa memaksimalkan segala potensi yang ada dari dalam diri kita. Paling iya susah-susah dikit lah untuk membagi waktu agar semuanya bisa berhasil berjalan dengan sekaligus. Ternyata pendidikan non formal sangat membantu dalam penyelesaian di luar pendidikan formal.

Meniti Karier Demi Masa Depan

Perjalanan karir menurut Rizal diibaratkan sebagai usaha menabung dalam menanti sebuah masa depan yang diinginkan, karena menabung dalam berkarir merupakan segi awal meraih cita-cita. Background pendidikan saat ini, menjadi bahan perbincangan para perusahaan saat memilih kandidat baru yang capable. Faktor pendidikan dengan lulusan ternama menjadi point plus. Dengan memiliki ijazah sarjana merupakan momentum awal dalam meniti karir. Gambaran ini menjadi tolak ukur awal yang dapat diartikan sebagai perencanaan karir di awali dengan faktor pendidikan. Perencanaan  meniti karir dimulai sejak awal dalam memandang sejauh mana kita merencanakan.

Dalam kehidupan Anda harus memiliki target akan pencapain yang mencakup 3 prinsip yaitu visi, misi dan tujuan. Bagaimana Anda melihat diri Anda, diri Anda sendiri dalam melihat sisi kehidupan, profesi, serta hubungan Anda 5 tahun yang akan datang?

Value Kepribadian
Mencapai sukses harus didukung dengan motivasi pada diri sendiri. Sebagai contoh, dalam lingkungan sosial apakah Anda rela mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan Anda pribadi, dalam hal membantu lingkungan dan orang-orang disekitar Anda.



Skill & Expertise 
Setiap individu memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda, kenali kepribadian seperti apa yang Anda miliki? Sebagai contoh, apakah Anda adalah seorang yang sering berkata jujur, terbuka dan antusias. Maksimalkan keahlian yang Anda miliki saat ini, karena hal ini menjadi sangat berguna dalam aktivitas Anda sehari-hari dan pekerjaan anda nantinya.

Tidak Perlu Khawatir Dengan Kegagalan?

Orang-orang seperti itu menurut Admin, tidak pernah mencoba sesuatu hal yang baru. Namun anda adalah seseorang yang berbeda …… lho dari mana tahu? …. Karena anda berkunjung ke blog saya dan membaca artikel-artikel saya ini, yang berarti anda ingin merubah kehidupan anda menjadi lebih baik dari saat ini. Anda ingin mencari sesuatu hal yang baru yang dapat anda terapkan di kehidupan anda.
Anda mempunyai semangat dan yakin anda juga mempunyai pengalaman hidup yang luar biasa. Mungkin sudah banyak sekali kegagalan yang anda rasakan dan mungkin juga sebagian dari anda sudah sampai pada taraf ragu akan keyakinan anda sendiri untuk meraih apa yang anda inginkan. Mampukah saya? Berhasilkah atau tidak? Sepertinya tidak sanggup lagi menghadapi kegagalan. (lihat juga : Jangan Biarkan Kekurangan Anda Membatasi Diri Anda Untuk Maju).
Hal-hal dibawah ini adalah beberapa point tentang kegagalan yang ingin sharingkan kepada anda. Berkonsentrasi penuh selama 3 hari menyusun artikel ini, mudah-mudahan dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk anda. Setidaknya jika ada orang yang sangat terbantu dengan artikel ini, tentu saja akan membuat bahagia karena jerih payah tidak sia-sia.


Kegagalan menciptakan pilihan-pilihan baru

Mungkin anda tidak dapat menyerap semua pelajaran yang anda terima dari kegagalan anda, namun tetap saja hal tersebut menjadi harta tak ternilai untuk anda. Kegagalan juga menjadi momen yang tepat dimana anda merenungkan kembali tujuan awal anda, melihat di sekeliling dan memutuskan alasan mengapa anda tidak boleh menyerah.

 

Kegagalan melatih kesabaran anda

Jika anda adalah orang yang cepat emosi, apalagi ketika anda mengalami kegagalan, itu adalah satu hal yang sangat alamiah. Seperti rasa hampir semua orang merasakan kekesalan atau kemarahan ketika menghadapi kegagalan. Namun poin yang pentingnya adalah jangan memendam kekesalan atau kemarahan anda.
Poin kedua adalah jangan berusaha mencari hal-hal untuk dijadikan alasan kegagalan anda. Seperti,  tidak mendapat dukungan dari pasangan, ini berakibat tidak mempunyai modal yang cukup, kita tidak mempunyai kendaraan pribadi untuk mobilitas, kita memang dilahirkan dari keluarga yang bermental kecil, dsb.
Sekali anda menjadikan hal-hal tersebut sebagai alasan kegagalan anda, maka itu akan menjadi bagian dalam diri anda. Anda akan membawa alasan itu kemanapun anda pergi sehingga lama kelamaan akan meracuni anda.
Silahkan lampiaskan emosi anda, tentunya dalam batas-batas wajar. Mungkin anda ingin melampiaskannya dengan menangis, menangislah. Mungkin anda ingin melampiaskannya dengan pergi ke cafe untuk mendengarkan life musik, pergilah ke cafe. Atau berolah raga.
Namun cukup sampai disitu. Masa depan yang sangat cerah masih menanti anda. Bangkit dan berjalanlah kembali.

 

Kegagalan merupakan sumber dari kreatifitas

Siapa yang menghendaki kegagalan? Namun jika anda tidak pernah berharap untuk mengalami kegagalan maka pikiran anda tidak dirangsang untuk berkembang.

Kegagal akan mendorong anda menjadi lebih kreatif
Coba anda ingat-ingat kembali masa kecil. Jika anda lupa, anda bisa melihat pada anak anda sendiri atau anak-anak kecil di sekitar anda. Mereka tidak pernah takut akan berbuat kesalahan ataupun mengalami kegagalan. Mereka melakukan semua hal yang ingin mereka lakukan tanpa berpikir panjang resikonya. Kadang mereka jatuh namun dalam sekejap mereka bangkit dan berlari-lari kembali. Mereka kadang menemukan jalan buntu ketika melakukan sebuah permainan namun mereka tidak berhenti, mereka berusaha mencari solusi-solusi yang baru. Akibatnya pikiran mereka begitu kreatif. Kita semua bisa mencontoh pikiran murni mereka yang belum banyak terkontaminasi oleh lingkungan sekitarnya.

 

Kegagalan akan mengoptimalkan potensi anda

Mungkin anda mempunyai seorang ’guru’ dalam hidup anda atau atasan bagi mereka yang berkarir. Kita harus percaya bahwa guru atau atasan yang baik akan mengarahkan anda untuk berani mengambil resiko. Mereka mempunyai suatu keyakinan bahwa pikiran yang konservatif tidak akan membuat potensi diri keluar dengan optimal.
Semakin sering anda mengalami kegagalan, otak anda akan semakin dilatih untuk menghadapi permasalahan dan bagaimana mencari jalan keluarnya.
Kita meyakini bahwa setiap orang memiliki potensi diri yang sangat besar dengan keunikannya masing-masing. Anda dapat mengetahui kedahsyatan potensi yang anda miliki hanya dengan keberanian menghadapi masalah, tidak ada jalan lain.
Anda dapat melihat di salah satu TV swasta yang setiap malam menyiarkan suksesnya tukang bubur naik haji. Ini sebuah cerita kehidupan yang sangat berharga jika kita ingin melihat jalan sukses.

Hidup Sejahtera
Nyaris tidak ada orang yang mau hidup tanpa dengan predikat sejahtera. Namun hal itu ditentukan oleh nasib seseorang. Sebagai generasi penerus bangsa, tentu untuk mencapai hidup sejahtera. Ada 2 hal yang harus diperhatikan untuk mencapai sejahtera: Pertama: tingkatkan kualitas pendidikan dari kebanyakan orang. Bila tingkat pendidikan di atas rata-rata penduduk. Maka kesejahteraan seseorang atau keluarga pasti masa depannya akan lebih sejahtera; Kedua: pelihara kesehatan. Bagi mereka yang memperhatikan kesehatannya dengan baik. Maka angka kesekitan pasti terhindar. Mereka keluarga atau individu yang dapat memelihara kesehatannya dengan baik, tentu ia sejahtera. Sebab memelihara kesehatan dengan baik, tentu hidupnya akan sehat dan sejahtera.
Kedua hal di atas terjadi tidak seluruh mereka yang berpendidikan bidang kesehatan saja. Tapi kita yang tidak berpendidikan dokter atau kesehatan lainnya saja kalau bisa memelihara kesehatan dirinya. Maka tidak pernah sakit, atau kesakitan dapat dikurangi. Berarti masuk dalam kelompok sejahtera.
Dengan demikian kesejahteraan yang dimaksud di sini  tidak terbatas hal di atas saja. Dalam keluarga kecil pada setiap keluarga juga dapat disebut yang sejahtera. Bagaimanapun, dalam keluarga bila jumlahnya anggkotanya besar. Tentu tingkat kesejahteraan keluarga itu akan menyandang beban yang sangat berat. Sehingga tingkat kesejahterannya akan lebih rendah. Dibanding keluarga kecil pasti lebih sejahtera.
Untuk mencapai kesejahteraan bagi masa depan generasi muda, alangkah indahnya sedini mungkin sudah memiliki konsep keluarga kecil sejahtera. Dengan keluarga kecil sejahtera tentu adanya kesamaan konsep antara pasangan suami isteri yang mengatur keturunannya tidak menjadikan beban dalam kehidupan keluarganya. Caranya bila menikah harus memperhitungkan kapan baru mendapatkan momongan. Apa lagi jika penghasilan yang masih sedikit, tentu pengaturan keluarga lebih diperhatikan. Dengan demikian masa depan keluarga itu akan dapat mencapai kesejahteraan yang diidamkan kita semua.



Daftar Pustaka

Admin, 2013. Mengapa Anda Tidak Perlu Khawatir Dengan Kegagalan, Artikel Bebas, Jakarta.

Darlan, H.M.Norsanie, 2006. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, FKIP Unpar, Palangka Raya.
------------, 2012. Membangun dan Memberdayakan Pemuda Untuk Menjadi Wirausaha Muda, Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga, Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya.

Harun, Hasidy, 2012. Selangkah ke hadapan, Menanti masa depan, Surabaya.

Rizal, 2013.Meniti Karier Demi Masa Depan yang Kaya Raya, Artikel, Yogyakarta.
Sirozi, Muhammad, 2013. Sistem Pendidikan Dan Masa Depan Bangsa, IAIN Raden Fatah, Harian Sumatera Ekspress pada tanggal 13 Mei 2013, Palembang.    
(ingin membukan blog saya pada : http//norsanie.blogsport.com/