Jumat, 26 September 2014

MEMPERINGATI HARI AKSARAN INTERNASIONAL (HAI) 2014




MELIRIK HARI AKSARAN INTERNASIONAL (HAI) TINGKATKAN SDM YANG UNGGUL DAN BERKARAKTER

Oleh :
Prof. Dr.H.M.Norsanie Darlan, MS PH
Guru Besar S-1 dan S-2 PNF/PLS
Universitas Palangka Raya

Dipaparkan pada Seminar Hari Aksara Internasinal 2014 
Tanggal 15 September 2014 di kota Kuala Kapuas

Pendahuluan
Hari Aksara Internasional adalah sebuah peristiwa dunia, dalam bidang pendidikan. Tidak ada dari suatu negara yang bercita-cita  bahwa warga negaranya agar terbelenggu sebagai akibat masyarakatnya masih dalam situasi budaya yang non literasi. Kemelek hurufan yang tinggi di suatu negara mencerminkan rendahnya keberhasilan tingkat pendidikan. Padahal di semua negara di dunia bercita-cita rakyatnya agar tidak satupun penduduk di negerinya yang buta huruf. Namun karena keterbatasan, membuat pengambil kebijakan jadi tidak berkutik. Oleh sebab itu, ada berbagai cara pihak pemerintah untuk mengatasinya. Agar negerinya terbebas dari bencana itu, karena rendahnya budaya membaca ini, berarti rendah pula tingkat pendidikan.
Kita berharap negeri kita yang luas wilayahnya hampir sama dengan benua erofa ini, menjadi negara yang mampu menunjukkan bahwa warga negaranya terbebas dari ketunaan. Sejauh tidak dimanipulasi data, maka itulah sebuah tanda-tanda keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan.
Dari hasil penelitian yang disponsori oleh proyek UNESCO, nampak jelas bagi negara yang penduduknya sangat tinggi angka tuna aksara, maka negeri itu dianggap memiliki starata yang rendah pula. Sementara sebaliknya negara-negara yang maju, pasti tingkat buta hurufnya hampir dikatakan habis.
Dalam buku kecil yang dipaparkan sekarang ini, sedikitnya ada beberapa hal yang penulis anggap adanya kerelevansian dengan bahasan kita, adalah: hari aksara, membangunan peradaban, keunggulan, berkelanjutan, meningkatkan SDM, SDM yang unggul dan berkarakter. Untuk lebih jelasnya sejumlah hal di atas, secara rinci akan diuraikan berikut ini.

Hari Aksara

Bila kita melirik terhadap apa makna dari Hari Aksara Internasional (HAI) seperti yang dimeriahkan saat ini, betapa besarnya perhatian pemerintah terhadap warga negeri ini agar kita semua dapat mengajak semua warga negara agar tidak terbelenggu dalam sebuah ketertinnggalan. Karena kita hidup dalam era reformasi dewasa ini,  tentu aneh kalau masih ada segelintir penduduk kita, yang karena sesuatu hal. Mereka ini, tidak sempat menikmati alam kemerdekaan dalam dunia pendidikan.

Sejenak melirik secara retrospektif ke belakang sejak 8 September 1964, UNESCO menetapkan 8 September sebagai Hari Aksara Internasional (HAI). Penetapan tersebut dilakukan untuk mengingatkan dunia tentang pentingnya budaya literasi. Sebagai upaya keberaksaraan, UNESCO mencanangkan United Nations Literacy Decade (UNLD) atau Dekade Keaksaraan. Menurut Kak Ichsan, (2012)  bahwa:’…Dekade ini ditujukan untuk meningkatkan tingkat melek aksara dan memberdayakan seluruh masyarakat. Pada awal UNLD, tahun 2003, ada 15,41 juta orang buta aksara di Indonesia. Pada tahun 2010, jumlah itu menyusut menjadi 7,54 juta orang. Artinya, Indonesia lebih cepat melampaui target Millenium Development Goals (MDGs) yang menyepakati penurunan 50 persen buta aksara pada tahun 2015...’.

Arti Literasi adalah informasi kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk informasi, untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi.

Budaya Membaca Merupakan Pendidikan Sepamnjang Hayat
Menurut American Library Association (ALA), literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
Kalau kita menengok Tema Hari Aksara Internasional tahun 2012 lalu, untuk kegiatan di tingkat pusat adalah "Aksara Membangun Perdamaian dan Karakter Bangsa", sedangkan untuk kegiatan di daerah adalah "Melalui Peringatan Hari Aksara Internasional Ke-47, Kita Tingkatkan Nilai Ke-Indonesiaan yang Berbudaya Damai dan Berkarakter". Sedangkan tema panitia daerah tahun ini yang disampaikan kepada saya adalah:

Tema: AKSARA MEMBANGUN PERADABAN DAN  KEUNGGULAN
           BERKELANJUTAN
Sub tema: PERINGATAN HAI KITA TINGKATKAN SDM YANG UNGGUL
                 DAN BERKARAKTER

Membangunan peradaban
Bila kita ingin memperhatikan apa maksud dari Membangun Peradaban Indonesia maka banyak sumber yang perlu kita perhatikan tapi juga, dari hasil: *Review buku "Renungan Bacharuddin Jusuf Habibie. Membangun Peradaban Indonesia. Setelah 10 Dasawarsa Kebangkitan Nasional, 10 Windu Sumpah Pemuda dan 10 Tahun Reformasi" karya Firdaus Syam (2012) lalu*
Habibie Membangun Peradaban Bangsa
"Sebuah peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk-makhluk lainnya. Peradaban-peradaban tidak memiliki wilayah-wilayah, permulaan-permulaan dan akhir yang jelas. Peradaban itu menjadi entitas-entitas yang penuh arti, dan kadang terdapat batas-batas yang tajam dan nyata antara masing-masing peradaban." (Huntington).
B.J. Habibie (2012) menyebutkan bahwa:"…Abad ke 21 adalah abad ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berarti abad sumber daya manusia. Hanya bangsa-bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang relatif berkualitas, dan menguasai Iptek yang akan bertahan hidup…".
Menurut B.J. Habibie (2012) yaitu:"…Apa yang dimaksud Peradaban Indonesia, tidak lain adalah "Peradaban manusia yang hidup di atas bumi Indonesia. Mereka hidup secara damai, tentram dan sejantera…".
Bila kita memperhatikan tentang kebudayaan dan peradaban, maka  Huntington (2012) adalah:"…Suatu peradaban adalah bentuk yang lebih luas dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan tema umum dalam kaitan dengan setiap rumusan peradaban. Utamanya, melalui dua agaman besar, Islam dan Kristen yang mempu menaungi kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari pelbagai suku bangsa…".
Tokoh Antropologi negeri ini Koentjaraningrat, (2012) menulis bahwa: "…Kebudayaan nasional sebagai keseluruhan kolektif dari semua warga negara Indonesia yang bhineka, yang beraneka warna itulah yang merupakan kebudayaan nasional Indonesia dalam fungsinya untuk saling berkominikasi dan memperkuat solidaritas bangsa…".
Soenarto, (2011) adalah:"…Kerendahan hati elit politik, seniman dan intelektual untuk bersedia mengenal, memahami, menghayati dan menyatukan diri dengan kehidupan, akan sangat membantu proses pembangunan kebudayaan nasional...".
Mantan Presiden RI ke 3 BJ. Habibie (2012) menyebutkan:”… Kebhinekaan bangsa Indonesia bila masyarakatnya mau dan mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, pada dasarnya akan menuju mengembangkan suatu peradaban yang berkualitas tinggi yang memberikan ketentraman dalam kehidupan. Jika seorang mengatakan ada budaya Indonesia maka jawabnya adalah tidak ada dan tidak akan ada budaya Indonesia. Yang ada adalah budaya yang hidup di dalam bumi Indonesia yang dinamakan Benua Maritim Indonesia…"
Sayidiman, (2011) adalah:"…Karena kebudayaan Indonesia yang dilandasi kebudayaan daerah berbeda dari kebudayaan Barat, kebudayaan Cina, dan kebudayaan manapun, di samping ada beberapa persamaannya, maka bangsa Indonesia berhak untuk membangun peradaban Indonesia, tanpa harus menjadi bagian dari peradaban lain di dunia. Peradaban Indonesia itu Peradaban Pancasila…".
Sayidiman, (2011)"Kebudayaan tidak hanya memerlukan kehidupan lahiriah yang maju dan menonjol, melainkan juga perlu ada kehidupan rohaniah yang mantap dan merata. Kehidupan beragama dilakukan oleh penduduk dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Persatuan terpelihara dengan baik tanpa mengurangi hak dan kemampuan setiap unsur bangsa mengembangkan dirinya secara lahiriah dan batiniah...".
B.J. Habibie (2012) adalah:"...Tiga tiang peradaban yang diperlukan dan dikembangkan untuk Membangun Peradaban Indonesia yang maju, sejahtera, mandiri dan kuat itu adalah: Manusia-manusia Indonesia yang memiliki keunggulan yaitu: 'HO2', 'Hati' (Iman dan Takwa). 'Otak' (Ilmu Pengetahuan) dan 'Otot' (Teknologi)...”.
Penulis yang sama mengemukakan bahwa:"...Globalisasi dalam arti yang negatif adalah bila yang terjadi, bukan heterogenisasi, melainkan homogenisasi budaya dan gaya hidup dengan menempatkan nilai-nilai universal menjadi tereduksi oleh suatu kepentingan kekuatan dunia yang memang ingin memaksakan kehendak...".
Chairul Irfani (2012) adalah:"...Indonesia harus meningkatkan peradaban yang sejahtera, damai, dan tentram dibangun sumber daya manusia yang terampil memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudaya dan bermoral yang berakar dari agama apa saja!....".

Keunggulan

Untuk mewujudkan suatu keunggulan, tidak terlepas dari kualitas SDM Merupakan Faktor Kunci Keunggulan Strategis Pertahanan Negara, yang didahului oleh pendidikan.

Perkembangan lingkungan strategik di abad 21 dengan segala kompleksitasnya menuntut setiap negara untuk memiliki berbagai keunggulan strategis. Dalam pertahanan negara keunggulan ini ditentukan oleh banyak faktor antara lain keunggulan pada faktor manusia, alutsista dan teknologi, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor kunci bagi faktor-faktor lainnya karena kualitas SDM mempengaruhi bagaimana elemen-eleman lainnya diadakan, dibina dan didayagunakan.

Universitas Pertahanan (UNHAN) sejak awal dirancang untuk menjadi salah satu pilar utama yaitu pilar pendidikan yang berjalan seiring dan saling melengkapi dengan dua pilar lainnya yaitu pilar pelatihan dan penugasan dalam rangka mencetak SDM pertahanan yang lebih berkualitas. Demikian dikatakan Menhan dalam sambutannya yang dibacakan Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip., M.A, (2011) dalam Wisuda Pasca Sarjana Program Studi Strategi Perang Semesta (SPS), Sekolah Pasca Sarjana Strategi (SPSS) Pertahanan UNHAN Tahun Akademik di Kemhan Jakarta.
Lebih lanjut Menhan mengatakan bahwa tiga pilar utama penyiapan SDM pertahanan negara tersebut sudah lama diselenggarakan oleh Kemhan dan TNI namun pemerintah menilai dan berkomitmen bahwa pilar pendidikan harus mendapat perhatian yang lebih serius guna mencetak personel yang profesional dalam upaya pencapaian cita-cita yakni membangun keunggulan strategis pertahanan negara.
Terdapat tiga keunikan yang dimiliki UNHAN dan merupakan potensi besar untuk didayagunakan dalam membangun keunggulan strategis pertahanan negara yaitu: pertama, UNHAN merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memfokuskan program pendidikannya pada bidang pertahanan.
Kedua, UNHAN dirancang sebagai bagian penting dari institusi pertahanan guna memperkuat citra dan posisi Indonesia dalam kerjasama internasional di bidang pertahanan khususnya di kawasan Asia Tengara. Dan yang
ketiga, UNHAN akan terus menerapkan standar internasional bagi proses pendidikan dan kualitas lulusannya dilihat dari sisi kelembagaan maupun sisi penyelenggaraan pendidikan. Disamping itu UNHAN juga memiliki arti penting dalam membangun keunggulan strategis SDM pertahanan negara.
Konsep Menhan berharap dengan bekal ilmu yang diperoleh para lulusan UNHAN baik sipil maupun militer yang berasal dari institusi pemerintah maupun swasta dapat memberikan kontribusi yang baik. Tidak hanya berkontribusi dalam melahirkan kebijakan-kebijakan pertahanan negara yang unggul saja tetapi juga pada tataran implementasi sesuai level atau pangkat, jabatan ataupun lingkup penugasan dari tiap lulusan yang diharapkan mampu menginspirasi dan menjadi agen-agen perubahan di semua lini pemangku kepentingan.
Selain itu Menhan berharap kepada para wisudawan untuk dapat membuktikan di tempat tugas masing-masing bahwa lulusan UNHAN memiliki kualitas internasional yang dapat memberikan kontribusi penting bagi pembangunan pertahanan negara serta menjadi motor dalam mewujudkan keunggulan strategis SDM pertahanan dalam bela negara.
Dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang sangat ditekankan adalah majunya dunia pendidikan. Karena dengan majunya pendidikan tidak, tidak akan dapat didekte olah bangsa lain. Dengan majunya pendidikan, yang memberikan memberikan masa kejayaan bangsa. Bangsa yang maju dalam dunia pendidikan mereka tidak akan mudah diperdaya oleh bangsa lain. Peningkatan SDM tidak terlepas juga dengan ketersediaan anggaran pendidikan itu sendiri.   

Bagaimana untuk putra-putri Daerah?
Dalam berbagai upaya untuk meningkatkan SDM di Kalimantan Tengah, kita tidak boleh lupa dengan konsep pembangunan daerah kita yang diberi nama: Kalimantan Tengah HARATI adalah sebuah konsep baru dalam upaya percepatan pencapaian tujuan dan misi pembangunan pendidikan di Kalimantan Tengah sebagaimana diamanahkan dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab Il Psl 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional. Konsep Kalimantan Tengah HARATI dicanangkan oleh Gubernur Kalimantan Tengah pada tanggal 3 Mei 2010 dengan mengedepankan 5 prioritas, yaitu :
  • Kesejahteraan Guru;
  • Pendidikan dan Pelatihan Guru;
  • Beasiswa untuk siswa berprestasi;
  • Penyediaan dan pendistribusian buku-buku pelajaran;
  • Meningkatkan kualitas mutu belajar mengajar.
Kesempatan belajar tak punya
Ruang yang cukup. Di atas atappun bisa
Kalimantan Tengah yang secara realita telah menjalani konsep upaya peningkatan kualitas SDM kita. Namun kegiatan kali ini telah mendapatkan anggaran khusus. Sementara konsep lama lebih memusatkan pada anggaran pribadi. Diharapkan dengan adanya konsep Kalteng Harati ini, kualitas sumber daya manusia jauh lebih baik dari masa lampau.
Konsep pembangunan pendidikan tidak akan selesai dengan mulus kalau hanya pada jalur pendidikan formal. Karena tidak semua warga negara kita sempat mendapatkan layanan pendidikan formal. Oleh sebab itu pendidikan nonformal juga perlu diberikan kesempatan. Karena kita sadari semua bahwa bagaimana bagi mereka yang karena sesuatu dan lain hal, tidak sempat menerima pendidikan formal. Padahal mereka adalah seperti dalam pasal 31 UUD’45 setiap warga negara mendapatkan pendidikan.
Anak Desa Pasir Sebangau Bangunan Sekolah
sudah ada, tapi tak punya guru
Pada tanggal 5 september  2014 ini, sambil mengonsep materi makalah ini, penulis mencoba turun ke sebagau Kuala. Ada sejumlah sekolah dasar di sana. Tapi di Kabupaten Pulang Pisau ini, masih ada lagi warga kita yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan. Walau usia mereka sudah antara 7-13 tahun.
Masyarakat saking inginnya anak mereka mendapatkan layanan pendidikan, mereka membangun sekolah 3 kelas lengkap dengan bangku murid, meja guru. Tapi karena belum ada guru, maka anak-anak warga kita ini, yang sangat memerlukan layanan pendidikan, masih tertinggal dalam dunia pendidikannya.
Ke 26 warga kita yang membutuhkan layanan pendidikan  itu terdiri dari 3 anak desa masing-masing memiliki anak usia sekolah yaitu: Anak desa Pasir 9 orang, Teluk Bayur 8 orang dan Sudimampir 7 orang. Mereka ini tanpa layanan pendidikan yang layak, bagaimana masa depan mereka. Penulis tidak menutup kemungkinan pada anak desa yang lain sedangkan guru yang untuk smentara siap membantu warga kita yang tak terlayani dalam dunia pendidikan itu, minimal ada 4 orang, masing-masing kepala SDN Panduran Sebangau 5 Syahruji, S.Pd dan dibantu 3 orang guru lainnya, masing-masing: Sumarno, S.Pd, Siti Asih Budimah, S.Pi dan Hertine, S.Pd. namun sangat disayangkan lokasi mereka ini sangat jauh dan hanya dapat dikunjungi dengan jalan sungai yang menelan biaya cukup mahal.

Pembangunan Berkelanjutan

Menurut  Tb Mh Idris Kartawijaya (2008). Adalah:”...Pembangunan adalah sebuah proses produksi dan konsumsi dimana materi dan energi diolah dengan menggunakan faktor produksi, seperti modal, mesin mesin (capital), tenaga kerja (labor dan human resources), dan bahan baku (natural resources)...”.

Tbidris, (2008). Dalam hal penyediaan bahan baku dan proses produksi kegiatan pembangunan dapat membawa dampak kepada lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya, yang pada gilirannya akan berdampak kepada keberlanjutan pembangunan. Dalam memperhatikan keberlanjutan pembangunan yang tidak hanya memperhatikan kepentingan saat ini tapi juga memperhatikan kepentingan masa mendatang, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan.
Materi Belajar masih terbatas
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa mendatang. Didalamnya terdapat dua gagasan penting :
  • Gagasan kebutuhan, yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia
  • Gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.
Tujuan yang harus dicapai untuk keberlanjutan pembangunan adalah : keberlanjutan ekologis, keberlanjutan ekonomi, keberlajutan sosial budaya dan politik, keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Sedangkan pembangunan keberlanjutan mempunyai prinsip prinsip dasar dan prinsip dasar tersebut dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan dapat diringkas menjadi 4 (empat), yaitu: pemerataan, partisipasi, keanekaragaman (diversity), integrasi dan perspektif jangka panjang.
Kata “berkelanjutan” (sustainable) memiliki implikasi dalam suatu rentang waktu, dan pemanfaatan sumberdaya dapat dianggap berkelanjutan untuk rentang waktu tertentu, biasanya 10 hingga 20 tahun. Namun demikian, rentang waktu ini sering pula dianggap tidak cukup mewakili istilah “berkelanjutan” (Conrad, 1999). Bila istilah “berkelanjutan” berarti “dapat dipertahankan secara ad infinitum”, pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat primitif sekalipun – yang berburu dan mengumpulkan (hunting-gathering) – tidak dapat dikategorikan berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan konsep pembangunan (development) yang tidak mungkin dilakukan tanpa konsumsi. Sehingga dalam kenyataannya, pembangunan berkelanjutan seringkali memiliki kontradiksi dalam pelaksanaannya.
Arti berkelanjutan secara ekstrim dapat dikatakan sebagai keseimbangan statis, dimana dalam keseimbangan tersebut tidak terdapat perubahan, meskipun tentu saja terdapat perubahan dalam lokasi dari waktu ke waktu (Boulding 1991. Pezzey 1992). Berkelanjutan dapat pula berarti keseimbangan yang dinamis (Clark, 1989) yang memiliki dua arti yaitu: pertama, keseimbangan sistem yang mengalami perubahan, dimana parameter perubahan dalam keseimbangan tersebut bersifat konstan; yang kedua adalah keseimbangan suatu sistem yang setiap parameternya mengalami perubahan, sehingga setiap perubahan misalnya dalam populasi akan memicu restorasi nilai populasi awal tersebut.
Pembangunan berkelanjutan memastikan bahwa generasi yang akan dating memiliki kesempatan ekonomi yang sama dalam mencapai kesejahteraannya, sepertihalnya generasi sekarang. Untuk dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan diperlukan cara mengelola dan memperbaiki portofolio asset ekonomi, sehingga nilai agregatnya tidak berkurang dengan berjalannya waktu. Portofolio asset ekonomi tersebut adalah capital alami (Kn), capital fisik (Kp) dan capital manusia (Kh), secara sistematis pembangunan berkelanjutan dapat dijabarkan dalam gambar berikut:
Dalam paradigma ekonomi, pembangunan berkelanjutan dapat diterjemahkan sebagai pemeliharaan kapital. Ada empat variasi kebijakan mengenai pembangunan berkelanjutan :
  1. Kesinambungan yang sangat lemah (very weak sustainabillity) atau “Hartwick-Solow sustainability” yang hanya mensyaratkan kapital dasar total yang harus dipelihara. Kesinambungan ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa tingkat/ laju konsumsi berada di bawah Hicksian income, dimana Hicksian income ini didefinisikan sebagai tingkat konsumsi maksimum yang dapat membangun kondisi masyarakat yang lebih sejahtera di akhir periode pembangunan dibandingkan dengan kondisi awalnya. Diasumsikan natural capital dapat disubsitusi dengan kapital buatan manusia (man-made capital) tanpa batas. Dengan kata lain, deplesi sumberdaya alam tidak diperhitungkan dalam penilaian kegiatan ekonomi (Harnett, 1998)
  2. Kesinambungan yang lemah (weak sustainability), mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa modal alami yang penting (critical natural capital) harus dilestarikan. Misalnya : bila sumberdaya air dan keragaman spesies merupakan hal yang penting bagi stabilitas ekosistem, sumberdaya tersebut tidak dapat dikorbankan bagi alasan-alasan pertumbuhan ekonomi.
  3. Kesinambungan yang kuat (strong sustainability) mensyaratkan bahwa tidak ada substitusi bagi modal alami (natural capital), karena natural capital ini memperkuat kesejahteraan manusia dan degradasi natural capital tersebut dapat dikembalikan kondisinya ke kondisi awal. Kesinambungan yang kuat mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa agregrat kapital total harus dilestarikan.
  4. Kesinambungan yang sangat kuat (very strong sustainability) mensyaratkan bahwa kesinambungan sistem ekologi adalah esensi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan yang bergantung pada sumberdaya (resource-dependent “development”) diperbolehkan, namun demikian, pertumbuhan yang bergantung pada sumberdaya (resources-dependent “growth”) tidak dapat dibenarkan. Interpretasi ini mensyaratkan pemisahan setiap komponen dari natural capital. Pada kenyataannya, very strong sustainability lebih merupakan sistem daripada suatu konsep ekonomi.
Tokoh lain Tietenberg, (2000) Sumberdaya pulih dibedakan dengan sumberdaya tak pulih berdasarkan pada kemampuan pemulihan alami yang dimiliki sumberdaya ini yang lajunya tak dapat diabaikan. Di samping itu, siklus pemulihan ini dapat kembali memperbesar jumlah sediaan yang berkurang akibat pemanfaatannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, meskipun terbatas, aliran pemanfaatan sumberdaya ini dapat dipertahankan secara terus menerus. Volume dan kelanjutan aliran pemanfaatan beberapa siklus sumberdaya alam yang pulih sangat tergantung pada manusia. Misalnya, penangkapan ikan yang berlebihan akan mengurangi sediaan ikan secara alami yang lebih lanjut dapat menurunkan laju peningkatan alami dari populasi ikan tersebut. Jenis sumberdaya pulih yang lain, seperti energi surya, aliran pemanfaatannya tidak tergantung pada manusia.
Pada pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan, terdapat 3 (tiga) pilar tujuan (Daniel M, 2003), yaitu : pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Pada pilar kedua pembangunan sosial yang bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pilar kedua pembangunan lingkungan yang berorientasi pada perbaikan lingkungan lokal seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumberdaya alam. Di sisilain, hal-hal sumber daya alam (SDA) ataukah sumber daya manusia (SDM) tidak akan memberikan manfaat yang tinggi, kalau tidak dimiliki oleh manusia di sekitarnya.
Kita sama maklumi SDM yang baik tidak akan terlepas dengan peran dunia pendidikan. Apakah pendidikan formal ataukah pendidikan nonformal / PLS.Tanpa melalui pendidikan maka pembangunan berkelanjutan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Meningkatkan SDM
Teori manajemen sumber daya manusia menurut para ahlinya  M.T.E. Hariandja (2002) bahwa:”… of strategies to manage people for optimum business performance including the development of policies and process to support these strategies. (Strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi). Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Manajemen Sumber Daya Manusia yang sering ditinggalkan dalam penyusunan konsep masa depan…”. Hubungan sosialisasi Dengan Kepribadian. tentang Komunikasi, Sosiologi, Filled under, (2013) adalah:”…Setiap kelompok memiliki aturan-aturan sendiri. Seseorang yang melanggar aturan dapat dikenai sanksi.

Belajar tidak terbatas di dalam kelas
Melalui peraturan, seseorang mempelajari berbagai nilai dan norma yang harus dipatuhi untuk mencapai tujuan, misalnya meningkatkan disiplin diri dan meningkatkan kerja sama dengan teman. Dalam hubungan sosial di lingkungan kerja, setiap orang harus menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya. Media Massa Media massa juga merupakan  faktor pendukungnya…

 

Pengaruh Globalisasi Terhadap Pendidikan

Menurut Filled under (2013) yaitu:”…utama dalam alokasi dana rehabilitasi dan pengadaan sarana prasarana sekolah serta dana operasional sekolah. Temuan tersebut dipaparkan juga oleh Febri Hendri, Peneliti Senior Indonesia Corruption Watch (ICW) saat menyoal Evaluasi Kinerja Departemen Pendidikan Nasional Periode 2004 – 2009. Menurut Febri, selama kurun waktu 2004-2009, sedikitnya terungkap 142 kasus korupsi di sektor pendidikan. Kerugian negara mencapai Rp 243,3 milyar…”. Belum lagi pada kementrian yang lain. Ini tentu merugikan dana pembangunan untuk membangun bangsa.

 

Artikel Globalisasi Pendidikan

Lebih jauh dalam sebuah artikel yang ditulis Filled under (2013) bahwa…upaya m menghadapi tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan…”. Untuk anak bangsa

SDM yang unggul
Bila kita mencermasi bagaimana sumber daya manusia yang unggul, maka alangkah baiknya kita memperhatian apa itu Sumber daya manusia yang berkualitas adalah SDM yang komperhensip dalam berfikir dan selalu mengantisipasi tuntutan di masa depan, memiliki sikap positif, berperilaku terpuji, dan berwawasan, serta memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan diberbagai bidang serta sektor pembangunan.
Untuk mewujudkan hal itu, perlu mengetahui sifat-sifat manusia yang berkualitas (unggul ) ialah “DJITU” :

1.    Dedikasi                                                                                                                            Seseorang manusia yang unggul haruslah mempunyai rasa pengabdian terhadap tugas dan pekerjaannya. Dia harus memiliki visi jauh kedepan. Seorang yang berdedikasi ia adalah seorang yang disiplin karena terfokus kepada apa yang ingin diwujudkan.

2.   Jujur                                                                                                                                 Kejujuran memang penting tidak hanya jujur pada orang lain tapi jujur  pada diri sendiri. Terhadap orang lain seorang harus dapat bekerja sama, dan didalam kerjasama itu harus dilandasi rasa saling percaya. Orang juga harus jujur pada kemampuan dirinya sendiri, umpamanya saja jujur pada apa yang dapat diperbuat dan apa yang tidak dapat diperbuat.

3.     Inovatif                                                                                                                
        Seorang manusia disebut unggul bukan lah manusia rutin yang puas dengan apa yang telah dicapainya, melainkan ia adalah manusia yang unggul yang kreatif, yang selalu aktif mencari hal-hal yang baru, dan inovatif.

4.   Tekun
       Manusia unggul ialah seorang yang dapat memfokuskan perhatiannya kepada sesuatu yang dikerjakannya. Ketekunan akan menghasilkan sesuatu, karena manusia unggul tidak akan berhenti sebelum dia membuahkan sesuatu.

5.       Ulet                                                                                                                 
Manusia unggul adalah manusia yang tidak mudah putus asa. Dia kan terus-menerus mencari dan mencari, dibantu sikap tekun, maka keuletan akan membawa dia kepada sesuatu dedikasi pekerjaan yang baik dan bermutu.
Keberhasilan SDM dicapai melalui guru ke 2

Dipihak lain yang perlu diperhatikan adalah untuk itu, anda harus memiliki rencana pengembangan SDM yang berkelanjutan dengan bertolak dari prinsip dasar yang harus ditumbuh kembangkan kedalam sikap dan perilaku pada setiap peran SDM sebagai komitmen.
Bertolak dari pemikiran di atas, maka prinsip dasar yang harus di sosialisasikan sebagai suatu kebutuhan, apa yang kita sebut dengan prinsip-prinsip dasar yaitu :
1) Membangun kebiasaan yang produktif, menjadi suatu komitmen yang tumbuh dan berkembang atas kemauan sendiri atau berdikari.
2) Menumbuh kembangkan kemampuan menemukan jati diri tanpa topeng kepalsuan, dengan mendalami pemahaman manusia siapa, darimana dan kemana ?
3)  Membangun kebiasaan bersikap dan berperilaku dalam aktualisasi tindakan yang bertolak dari prinsip menghindari dari pada mencegah.
4)  Membangun kebiasaan memanfaatkan kekuatan pikiran dalam prinsip hidup bahwa menjadi manusia disatu sisi melihat kebawah dan disisi lain melihat keatas.
5) Membangun kebiasaan menjalankan visi hidup yang jelas dalam memberikan arah persfektif dalam peran.
Dengan menjalankan prinsip-prinsip dasar yang dituangkan dalam usaha-usaha untuk membangun dan menumbuhkan SDM unggul berarti secara langsung melaksanakan perubahan sikap dan perilaku manusia itu sendiri yang sesuai dengan kebutuhan masa depan dalam dunia tanpa batas.

Berkarakter
Pendidikan Karakter dan Pengertian Pendidikan Berkarakter - Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar. Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter Indonesia sangat memerlukan SDM (Sumber Daya Manusia) yang besar pula dan harus bermutu untuk mendukung program pembangunan. Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas peran pendidikan di Indonesia sangat penting, sama pentingnya dengan Sistem Pendidikan Di Indonesia.
Pendidikan karakter sejak usia dini
 Apa sebetulnya arti dan pengertian pendidikan karakter itu Lihat topik Pengertian Pendidikan.

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menamamkan nilai-nilai karakter kepada anak usia sekolah yang dimana nilai-nilai tersebut memiliki komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) baca( Artikel Ilmu Pendidikan Islam atau artikel pendidikan), diri sendiri, sesama manusia, dengan lingkungan, maupun kepada bangsa sehingga akan terwujud menjadi manusia insan kamil.
Di negeri ada program pendidikan karakter terus digencarkan oleh Kementerian Pendidikan nasional. Pada bulan Juni tahun 2011 paling tidak ada 650.000 guru serta kepala sekolah dijenjang pendidikan tingkat SMP akan ditatar berkenaan dengan konsep pendidikan karakter. Harapan kedepannya mereka akan faham dan mengerti bagimana cara menerapkan pendidikan karakter kepada siswa yang di didiknya.
Bila kita memperdalam tentang pendidikan karakter Prof Suyanto PhD (2011) "Kementerian Republik Indonesia akan melatih sebanyak 650.000 guru dan kepala sekolah, pada bulan Juni 2011. Tujuan pelaksanaan penataran terhadap guru dan kepala sekolah tersebut agar ada kesamaan mengenai pendidikan karakter," Hal ini dikatakan oleh Dirjen Pendidikan Dasar Kemendiknas, dalam seminar pendidikan karakter di Universitas Muhamamdiyah Surakarta (UMS), Sabtu (28/5/2011).
Menurut Darlan (2011) bahwa:”...Peran Pendidikan Karakter dari Guru, dan Sistem Belajar Membelajarkan...”. Guru harus mengenali 3 Jalur Pendidikan, Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan, Cita-Cita Bangsa, Life-long Education, Kegagalan Pendidikan Formal, Konsep Pendidikan Luar Sekolah Ke Masa Depan, Kualifikasi Pendidik, Promosi dan Sertifikasi, Dalam Menggulir Bola Panas, tentang Karakter Bangsa, Karakter Bangsa yang diharapkan, Karakter bangsa yang ber-etika dan Pendidikan Tidak Semata Tugas Guru. Dari berbagai sub permasalahan di atas akan diuraikan secara sederhana satu demi satu agar dapat diterima oleh setiap orang.
Dipihak lain tentang pendidikan karakter Mengenai apa itu karakter, Moeliono (1989; 389) dan Poerwadarminta (1986) menyebutkan:"...sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain...".
Sedangkan menurut: Esau dan Yakub (2010) dalam kamus umum bahasa Indonesia, adalah:"...karakter ialah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain...". Kemudian Leonardo A Sjiamsuri (2010) dalam bukunya "'Kariama Versus Karakter" mengatakan bahwa karakter adalah:"...merupakan siapa ands sesungguhnya...". Sedangkan karakter dalam arti PLS, menurut Sutaryat (2010) bahwa:"...dalam menyusun kurikulum bersifat fleksibelitas bagi pamong, tutor, instruktur dapat dilaksanakan dengan musyawarah dengan WB dan dalam penggunaan metoda pembelajaran yang bersifat partisipatif...". Hal ini menunjukkan kepada kegunaan dan keunggulan suatu produk manusia. Dengan demikian karakter yang dimaksudkan adalah sikap yang jujur, rendah hati, sabar, tutus ikhlas dan sopan dalam pergaulan. Artinya tidak berkarakter atau tabiat yang keras. Sebagai tenaga guru yang dalam jabatan fungsional, tentu harapan kita semua punya karakter yang santun, murah hati, berwawasan luas dan bisa mengayomi kepada semua orang. Termasuk anak didiknya.

Karakter Bangsa saat ini
Dewasa ini, sudah banyak yang menyangsikan bahwa masa depan lebih cerah dan lebih baik. Namun sebaliknya bangsa kita dalam kurun waktu relatif singkat berubah menjadi karakter yang keras, mudah tersinggung, dan bisa dijual belikan oleh kelompok yang berkepentingan.
Bila kita memperhatikan tentang perubahan karakter dimaksud, seperti karakter keras dihampir setiap hari, kita menyaksikan terjadinya perkelahian apakah adu mulut ataukan fisik, yang ditayangkan media cetak maupun elektronik. Demo atau tawuran di mans-mans tidak memandang manfaat atau modharat. Karakter masyarakat yang mudah tersinggung, seperti apa pun pernyataan kepala negara, ternyata ada yang menyanggah. Terlepas benar atau salah. Sehingga tidak terlihat lagi batas formal antara pemimpin dengan rakyat jelata. Bupati, KPU, Pores, pengadilan, Kejaksaan, perusahaan di demo oleh karyawanya dll. Tidak lepas dari sasaran masa untuk menyampaikan kebebasan berpendapat. Terlepas betul ataukah salah. Guru di demo oleh murid dan orang tua murid, lupa ia dan anaknya diberikan didikan oleh sang guru. Untuk kepentingan tertentu sekelompok masyarakat mau menerima bayaran untuk melakukan demo. Walau yang di demo itu adalah keluarga atau kerabatnya sendiri. Pada suatu peristiwa kejaksaan di Batang Jawa Tengah di demo oleh mereka yang tidak puas terhadap tuntutan hukum yang diusulkan oleh Jaksa.
Hal-hal di atas adalah sebagian dari sekian contoh karakter bangsa kita yang saat ini disebut demokrasi yang kebablasan. Sehingga karakter bangsa kita dewasa ini, perlu diperbaiki. Namun belum diketahui dari mana memulai perbaikannya. Kasus karekter saat ini bagaikan benang kusut yang harus kita perbaiki melalui pendidikan.

Karakter Bangsa yang diharapkan
Dari karakter bangsa yang saat ini masih sulit dikendalikan, memang sebenarnya tidak terlintas dalam cita-cita semua orang. Masyarakat Indonesia, sebenarnya berharap negeri yang aman tentram yang luh jinawi, Negeri yang baldatul thaybatun warabbun gafur, adalah impian semua rakyat bangsa Indonesia. Hanya saja reformasi negeri kita yang belum tuntas ini, membuat bangsanya jadi beringas. Banyak upaya yang sudah dikerjakan oleh berbagai pihak, namun belum juga terwujud.
Kita sebagai anak bangsa, mari kita bersama-sama mencari pemecahan ini, agar situasi (karater) bangsa kita tidak mudah marah, bersikap Bantu, tut wuri handayani, yang punya prinsip saling menghargai, saling menghormati dan saling percaya mempercayai. Insya Allah negeri kita akan muncul kembali karakter bangsa yang diharapkan/diidam-idamkan masyarakat semua.
Sebaliknya jika kita sebagai orang tua berprinsip seperti teori Langavelt yang bercita-cita:"...jika seandainya saya sebagai seorang buruh tani, maka ia berharap anaknya satupun tidak akan menjadi buruh tani lagi. Tapi anak-anak saya akan menjadi juragan tani..." Hal ini sebuah karakter yang lebih maju dari masa sekarang.

Karakter Ber-etika
Sungguh sulit mencari manusia sekarang yang masuk pada golongan, Menurut Norsanie Darlan (2010) bahwa:”...masih banyak orang punya karakter ber-Etika. Namun dari hasil diskusi dikalangan doses ternyata masih banyak juga ditemukan manusia-­manusia yang berkarakter sopan santun, tidak mudah terumbang ambit dari berbagai arus zaman yang dewasa ini sering menyesatkan...”.
Kementrian pendidikan dan Kebudayaan sudah menetapkan:"... kode etik guru..." namun belum ditetapkan siapa wasitnya. Oleh sebab itu Kementrian Pendidikan kebudayaan bersama PB PGRI sudah mulai menata hal itu.
Pendidikan Karakter diterapkan pada lingkungan
Dewasa ini, di kalangan kampus sungguh banyak terjadi demo apakan mahasiswa dengan mahasiswa. Bahkan sering pula demo antara mahasiswa dengan doses. Peran Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan kurang nampak. Padahal jika dikaji secara etika, mahasiswa mendemo dosen tidaklah wajar, Karena dosen dan guru mereka sendiri.
Karakter ber-etika juga di masyarakat. Para tokoh masyarakat dan tokoh agama adalah orang yang harus kita hormati. Ternyata sungguh tidak menggembirakan, sering kali etika itu di langgar. Senin pagi tanggal 2 Agustus 2010, jam 06.00 TV-One menyiarkan di bekasi Jawa Barat yang berbatasan dengan DKI Jakarta seorang pendeta mau memimpin kebaktian ditolak oleh kelompoknya sendiri. Karena dijauhkan hal-hal yang negatif. Sebenarnya perlu pemisahan antara kegiatan keagamaan dengan masalah demo.
Di masyarakat dapat kita lihat, bahwa dihampir sebagian besar Pemili Kada terjadi demo yang menuntut ketidak puasan pada kelompok tertentu. Hal itu tidak saja hanya pada tingkat kabupaten/kota. Tapi juga pemilu Gubernur dan belum lama ini pemilu presiden. Yang melakukan demo di depan MK.
Memperhatikan kejadian-kejadian di atas, maka pemilihan Bupaten/Walikota dan Gubernur kenapa tidak kita kembalikan kemasa lampau. Artinya melalui DPRD/DPR. Tentu ditinjau secara ekonomis lebih murah.
Pendidikan Karakter diberkan pada mahasiswa
Pendidikan Tidak Semata Tugas Guru
Berbicara pendidikan secara umum, maka tugas tersebut tidak seluruhnya dibebankan kepada guru. Sudah menjadi kesepakatan secara luas, bahwa pendidikan itu bisa berhasil dengan baik, bila adanya keterlibatan dari semua pihak. Guru, orang tua murid, masyarakat dan pemerintah. Karena pendidikan itu, tidak semata dibebankan kepada guru semata, melainkan tanggung jawab bersama. Artinya orang tua dan masayarakat.
Untuk majunya suatu bangsa tentu kita saling menghargai, saling toleransi dan saling menghormati. Kenapa guru kurang dihargai masyarakat terlebih muridnya sendiri karena mereka melihat kehidupan guru dalam 25 tahun terakhir ini sungguh menyedihkan. Dulu guru kita hormati, karena mereka dianggap orang yang terpelajar. Dalam kurun waktu tertentu menjadi adalah pilihan paling akhir. Mudah­-mudahan masa datang guru kembali menjadi yang dihormati.


DAFTAR PUSTAKA

 

Conrad, 1999. Pembangunan Berkelanjutan dipertahankan secara ad infinitum”, makalah.

----------, 2010, Pendidikan Karakter Dalam Perangkat Pembelajaran, Makalah, Tamiang Layang.

Darlan, H. M. Norsanie 2011, Mengapa Kita Harus Membaca, Palangka Raya.

-----------, 2011. Mengenali Pendidikan Karakter Dalam  Proses Pengembangan Pembelajaran, Makalah Seminar, Puruk Cahu.
Esau dan Yakub, 2010. Karakter Sebuah Pengertian, Internet.

Habibie, B.J. 2012. Peradaban manusia yang hidup di atas bumi Indonesia. Mereka hidup secara damai, tentram dan sejantera, Jakarta.

Hariandja, M.T.E.,  2002. 0f strategies to manage people for optimum business performance including the development of policies and process to support these strategies, artikel, Internet.

Herryanto, Eris, 2011. Pidato Tertulis  tentang: Strategi Perang Semesta (SPS) dalam Wisuda, Sekolah Pasca Sarjana Strategi (SPSS) Pertahanan UNHAN, Akademik di Kemhan, Jakarta.

Huntington, 2012. Kebudayaan dan peradaban, tanggapan terhadap pembangunan peradaban, Jakarta.

Ichsan, Kak, 2012. Makna Hari Aksara Internasional, Dalam makalah HAI, Jakarta.

Irfani, Chairul, 2012. Indonesia meningkatkan peradaban yang sejahtera, damai, dan tentram dibangun sumber daya manusia, Artikel, Jakarta.

Kartawijaya, Tb Mh Idris,  2008. Pembangunan sebuah proses produksi, Makalah, Seminar Pembangunan, Yogyakarta.

Koentjaraningrat, 2012. Kebudayaan nag6

sional sebagai keseluruhan kolektif, Dian Rakyat, Jakarta.

Moeliono, Anthon, 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan RI, Jakarta.

Poerwadarminta, WJS, 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Soenarto, 2011. Kerendahan hati elit politik, seniman dan intelektual, artikel, Jakarta. 

Sayidiman, 2011. kebudayaan Indonesia yang dilandasi kebudayaan daerah, Artikel, Internet.

Syam, Firdaus, 2012. Membangun Peradaban Indonesia, ICMI, Jakarta.

Tietenberg, 2000. Sumberdaya berdasarkan pada kemampuan, makalah Seniar Sumber Daya, Jakarta.

Tbidris, 2008. Dalam hal penyediaan bahan baku dan proses produksi kegiatan pembangunan masyarakat sekitarnya, makalah, Internet,

TD, Surna, 2001. Pembangunan berkelanjutan memenuhi kebutuhan masa kini, artikel, Jakarta. 

Under, Filled, 2011. Hubungan sosialisasi Dengan Kepribadian  Tentang Komunikasi, Sosiologi, artikel, Jakarta.

Suyanto, 2011. pendidikan karakter, Kementerian Republik Indonesia, di Universitas Muhamamdiyah Surakarta UMS, Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar